Apa Pengertian Belajar, Teori Belajar dan Prinsip-prinsip Belajar? Belajar adalah proses berpikir dengan penjiwaan. Penjiwaan yang dimaksud adalah proses menyatunya aktivitas belajar dengan suasana hati. Belajar adalah proses pematangan untuk mencapai titik kesempurnaan relatif. Hal itu disebabkan setiap individu mempunyai kriteria tujuan yang berbeda.
Pembelajaran adalah proses penguatan yang memungkinkan peserta didik mampu belajar dengan sendirinya. Pembelajaran merupakan kegiatan yang diberikan oleh pendidik agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat oleh individu yang dapat berlaku di mana pun dan kapan pun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Pengajaran bersifat memusatkan pendidik sebagai pentransfer ilmu (teacher-centered learning). Sementara pembelajaran lebih bersifat berpusat pada peserta didik (learner-centered learning).
Dalam konteks pendidikan, pembelajaran dilaksanakan supaya peserta didik secara holistik dapat menguasai aspek kognitif, aspek afektif, serta aspek psikomotor.Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pendidik dengan peserta didik. Oleh karena itu dalam konteks pendidikan lebih tepat menggunakan istilah pembelajaran.
Pembelajaran adalah suatu aktifitas yang dilakukan dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk tercapainya suatu tujuan pendidikan.Melihat pentingnya arti kata belajar, seyogyanya seorang guru memperhatikan hasil belajar peserta didik dari berbagai sudut psikologis yang utuh dan menyeluruh (holistik). Seorang peserta didik yang menempuh proses belajar ditandai dengan munculnya pengalaman-pengalaman psikologis yang baru. Pengalaman ini diharapkan dapat mengembangkan berbagai sifat, sikap, dan kecakapan yang konstruktif dan bukan kecakapan sebaliknya. Pencapaian pengalaman atau hasil belajar yang ideal di atas, memerlukan kemampuan pendidik dalam membimbing peserta didik. Dalam hal itu, pendidik perlu wawasan atau pengetahuan teori-teori dan prinsip-prinsip dalam belajar serta bagaimana mengaplikasikannya dalam model-model pembelajaran.
Apa sesungguhnya Pengertian Belajar ? Belajar merupakan suatu proses yang kompleks ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku, bersifat relatif permanen dan prosesnya ditandai dengan adanya interaksi dengan lingkungan sekitar pebelajar baik lingkungan alam maupun sosial budayanya. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 ayat 20 menjelaskan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Sedangkan belajar merupakan proses atau usaha dalam merubah jati diri seseorang. Gagne berpendapat bahwa belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku yang keadaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan serupa. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan spontanitas atau refleks atau perilaku yang bersifat naluriah.
Dari pendapat tersebut bisa disimpulkan bahwa belajar merupakan semua aktifitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar. Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Bicara tentang pembelajaran, prinsip-prinsip pembelajaran juga diperlukan oleh seorang pengajar, mengingat prinsip belajar adalah landasan berpikir dan sumber motivasi agar proses belajar dan pembelajaran dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik.
Belajar merupakan proses atau usaha dalam merubah jati diri seseorang. Gagne berpendapat bahwa belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku yang keadaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan tindakan serupa. Perubahan terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan spontanitas atau refleks atau perilaku yang bersifat naluriah.
Dari pendapat tersebut bisa disimpulkan bahwa, semua aktifitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar.
Ada berbagai macam atau jenis Teori Belajar, antara lain sebagai berikut
a. Teori Belajar Behaviorisme
Tokoh aliran ini adalah John B Watson (1878-1958) yang di Amerika dikenal sebagai bapak Behaviorisme. Teorinya memfokuskan perhatiannya pada aspek yang dirasakan secara langsung pada perilaku berbahasa serta hubungan antara stimulus dan respons pada dunia sekeliling. Menurut teori ini, semua perilaku, termasuk tindak balas (respons) ditimbulkan oleh karena adanya ransangan (stimulus). Watson menolak pengaruh naluri (instinc) dan kesadaran terhadap perilaku. Setiap perilaku dapat dipelajari menurut hubungan stimulus-respons.
Tokoh behavioris lainnya adalah Skinner (1957) yang terkenal dengan percobaannya tentang perilaku binatang yang terkenal dengan kotak skiner. Menurut Skiner, perilaku verbal adalah perilaku yang dikendalikan oleh akibatnya. Bila akibatnya itu berupa hadiah, maka perilaku itu akan terus dipertahankan. Jika akibatnya berupa hukuman, atau bila kurang penguatan, perilaku itu akan diperlemah atau perlahan-lahan akan hilang. Implikasi dari teori ini adalah perlu kehati-hatian guru dalam memberikan hukuman dan ganjaran (hadiah) kepada siswa.
Penganut teori behavioris menanganggap bahwa perilaku berbahasa yang efektif merupakan hasil respons tertentu yang dikuatkan. Respons itu akan menjadi kebiasaan atau terkondisikan, baik respons yang merupakan pemahaman atau respons yang berupa ujaran. Seseorang belajar memahami ujaran dengan merekasi stimulus secara memadai dan memperoleh penguatan untuk reaksi tersebut.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
b. Teori Nativisme
Kaum nativistik berpendapat bahwa pemerolehan bahasa pada manusia tidak dapat disamakan dengan pengenalan yang terjadi pada hewan. Pengaruh lingkungan tidak penting dalam pemerolehan bahasa. Selama belajar bahasa pertama, sedikit demi sedikit manusia akan membuka kemampuan lingualnya yang secara genetis telah terprogramkan. Dalam artian, bahasa merupakan pemberian biologis. Menurut mereka, bahasa terlalu kompleks dan mustahil dapat dipelajari oleh manusia dalam waktu yang relatif singkat lewat proses peniruan sebagaimana keyakinan kaum behavioristik.
Tokoh utama aliran nativisme Chomsky (dalam Hadley, 1993:48) mengatakan bahwa hanya manusialah satu-satunya makhluk Tuhan yang dapat melakukan komunikasi lewat bahasa verbal. Selain itu, bahasa sangat kompleks dan oleh sebab itu tidak mungkin manusia manusia belajar bahasa dari makhluk lain.
Menurut Chomsky, setiap anak yang lahir ke dunia sudah memiliki bekal dengan apa yang disebutnya “alat penguasaan bahasa” atau LAD (Language Acquasition Device). Selanjutnya Chomsky mengemukakan bahwa belajar bahasa merupakan kompetensi khusus bukan sekadar subset belajar secara umum. Cara belajar bahasa jauh lebih rumit dari sekadar penetapan StimulusRespons. Chomsky (dalam Hadley, 1993:48) mengatakan bahwa resistensi bakat bermanfaat untuk menjelaskan rahasia penguasaan bahasa pertama anak dalam waktu singkat karena adanya LAD.
Penganut aliran nativistik berpendapat bahwa belajar bahasa pada hakikatnya hanyalah proses pengisian detil kaidah-kaidah atau struktur aturan-aturan bahasa ke dalam LAD yang sudah tersedia secara alamiah pada manusia.
c. Teori Belajar Kognitivisme
Menurut penganut kognitivistik, kemampuan berbahasa seseorang berasal dan diperoleh sebagai akibat dari kematangan kognitif anak. Mereka beranggapan bahwa bahasa itu distrukturkan atau dikendalikan oleh nalar manusia. Oleh sebab itu perkembangan bahasa harus berlandas pada atau diturunkan dari perkembangan dan perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum di dalam kognisi manusia. Dengan demikian urutan-urutan perkembangan kognisi seorang anak akan meneuntukan urutan-urutan perkembangan bahasa dirinya.
Konsep sentral teori kognitif adalah kemampuan berbahasa anak berasal dari kematangan kognitifnya. Proses belajar bahasa secara kognitif merupakan proses berpikir yang kompleks karena menyangkut lapisan bahasa yang terdalam. Lapisan bahasa tersebut meliputi ingatan, persepsi, pikiran, makna, dan emosi yang saling berpengaruh pada struktur jiwa manusia. Bahasa dipandang sebagai manifestasi dari perkembangan aspek kognitif dan afektif yang menyatakan tentang dunia dan diri manusia itu sendiri.
Lauhlin dalam Elizabeth (1993:54) mengatakan bahwa dalam belajar berbahasa seorang anak perlu proses pengendalian dalam berinteraksi dengan lingkungan. Pendekatan kognitif dalam belajar bahasa lebih menekankan pemahaman, proses mental atau pengaturan dalam pemerolehan, dan memandang anak sebagai sesorang yang berperan aktif dalam proses belajar bahasa. Ausabel (dalam Elizabeth, 1993:59) mengatakan bahwa proses belajar bahasa terjadi bila anak mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan baru. Proses itu melalui tahapan memperhatikan stimulus yang diberikan, memahami makna stimulus, menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.
Bruner (dalam Pateda, 1990:49) menjelaskan bahwa proses belajar bahasa lebih ditentukan oleh cara anak mengatur materi bahasa bukan usia anak. Proses belajar bahasa dapat dilalui melalui (1) enaktif, yaitu aktivitas untuk memehami lingkungan, (2) ikonik yaitu melihat dunia lewat gambar dan visualisasi verbal, dan (3) simbolik yaitu memahami gagasan-gasan abstrak.
d. Teori Belajar Konstruktivisme
Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berpikir untuk menyelesaikan masalah, mencari ide dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih paham dan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep.
e. Teori Belajar Humanistik
Menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses balajar dianggap berhasil jika seorang pelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaikbaiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya bukan dari sudut pandang pengamatnya. Peran guru dalam teori ini adalah sebagai fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama yang memaknai
f. Teori Belajar Sosial
Dalam dasawarsa terakhir, penganut teori konstruktivisme memperluas focus tradisionalnya pada pembelajaran individual ke dimensi pembelajaran kolaboratif dan sosial. Konstruktivisme sosial bisa dipandang sebagai perpaduan antara aspek-aspek dari karya Piaget dengan karya Bruner dan karya Vygotsky. Istilah Konstruktivisme komunal dikenalkan oleh Bryn Holmes di tahun 2001. Dalam model ini, “siswa tidak hanya mengikuti pembelajaran seperti halnya air mengalir melalui saringan namun membiarkan mereka membentuk dirinya.” Dalam perkembangannya muncullah istilah teori belajar sosial dari para pakar pendidikan.
Pijakan awal teori belajar sosial adalah bahwa manusia belajar melalui pengamatannya terhadap perilaku orang lain. Pakar yang paling banyak melakukan riset teori belajar sosial adalah Albert Bandura dan Bernard Weiner. Meskipun klasikal dan operant conditioning dalam hal-hal tertentu masih merupakan tipe penting dari belajar, namun orang belajar tentang sebagian besar apa yang ia ketahui melalui observasi (pengamatan). Belajar melalui pengamatan berbeda dari classical dan operant conditioning karena tidak membutuhkan pengalaman personal langsung dengan stimuli, penguatan kembali, maupun hukuman. Belajar melalui pengamatan secara sederhana melibatkan pengamatan perilaku orang lain, yang disebut model, dan kemudian meniru perilaku model tersebut.
Baik anak-anak maupun orang dewasa belajar banyak hal dari pengamatan dan imitasi (peniruan) ini. Anak muda belajar bahasa, keterampilan sosial, kebiasaan, ketakutan, dan banyak perilaku lain dengan mengamati orang tuanya atau anak yang lebih dewasa. Banyak orang belajar akademik, atletik, dan keterampilan musik dengan mengamati dan kemudian menirukan gurunya. Menurut psikolog Amerika Serikat kelahiran Kanada Albert Bandura, pelopor dalam studi tentang belajar melalui pengamatan, tipe belajar ini memainkan peran yang penting dalam perkembangan kepribadian anak. Bandura menemukan bukti bahwa belajar sifat-sifat seperti keindustrian, keramahan, pengendalian diri, keagresivan, dan ketidak sabaran sebagian dari meniru orang tua, anggota keluarga lain, dan teman-temannya.
g. Teori Belajar Sibernetik
Menurut teori ini, belajar adalah pengolahan atau pemrosesan informasi. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Teori ini juga lebih mementingkan sistem informasi dari pesan atau materi yang dipelajari. Bagaimana proses belajar akan berlangsung sangat ditentukan oleh system informasi dari pesan tersebut. Oleh sebab itu, teori subernetik berasumsi bahwa tidak ada satu jenispun cara belajar yang ideal untuk segala situasi. Karena cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.
Apa saja Prinsip-prinsip Belajar? Dalam perencanaan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dapat mengungkap batas-batas kemungkinan dalam pembelajaran. Dalam melaksanakan pembelajaran, pengetahuan tentang teori dan prinsip-prinsip belajar dapat membantu guru dalam memilih tindakan yang tepat. Banyak tori dan prinsipprinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat digunakan sebagai dasar dalam upaya pembelajaran. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan atau penguatan, serta perbedaan indivual.
a. Perhatian dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar (Gage dan Berliner, 1984: 355). Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi dapat dibandingkan dengan mesin dan kemudi pada mobil (Gage dan Berliner, 1984: 372).
Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi dapat bersifat internal maupun eksternal.
b. Keaktifan
Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinnya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.
c. Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
Belajar adalah mengalami, belajar tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerucut pengalamannya mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa yang tidak hanya mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.
d. Pengulangan
Pada teori Psikologi Asosiasi atau Koneksionisme mengungkapkan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respons benar. Pengulangan dalam belajar akan melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, hingga berpikir yang akan membuat dayadaya tersebut berkembang.
e. Tantangan
Dalam situasi belajar siswa mengahadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut.
f. Balikan atau Penguatan
Siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapatkan nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, karena takut tidak naik kelas ia terdorong untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif.
Siswa yang merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan individu ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa.
Demikian uraian singkat tentang Pengertian Belajar, Teori Belajar dan Prinsip-prinsip Belaja. Semoga ada manfaatnya.