Lompat ke konten
Beranda » Capaian Pembelajaran Mulok Bahasa Sunda Kurikulum Merdeka

Capaian Pembelajaran Mulok Bahasa Sunda Kurikulum Merdeka

  • oleh
Capaian Pembelajaran Mulok  Bahasa Sunda Kurikulum Merdeka
Capaian Pembelajaran Mulok Bahasa Sunda Kurikulum Merdeka

 

Capaian Pembelajaran (CP) Mulok  Bahasa Sunda SD, SMP, SMA, dan SMK Pada Kurikulum Merdeka. Rasional Bahasa, termasuk bahasa Sunda, merupakan salah satu kemampuan dasar dan alamiah yang dianugerahkan Tuhan kepada umat manusia. Tidak dapat dimungkiri bahwa bahasa merupakan salah satu anugerah yang secara biologis sangat lekat pada manusia. Kita cenderung tidak menyadari bahwa karena sedemikian alamiahnya, tanpa bahasa umat manusia tidak akan mungkin mempunyai peradaban.

Bahasa yang melekat pada manusia itu berkorelasi dengan budaya. Bahasa merupakan unsur budaya dan sekaligus menjadi wahana untuk memelihara dan mengembangkan budaya. Bahasa dan budaya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sosial manusia. Begitu pun bahasa Sunda adalah alat atau perwujudan budaya Sunda. Melalui bahasa Sunda, manusia Sunda dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama, dan sekaligus membaurkan dirinya dengan lingkungan masyarakatnya. Alam pemikiran masyarakat dan budaya Sunda akan tampak dari ekspresi bahasa Sunda. Hal ini dapat dipahami karena bahasa Sunda, selain sebagai unsur budaya, sekaligus menjadi wahana kehidupan budaya Sunda. Berbagai unsur budaya Sunda akan termanifestasikan dalam bahasa Sunda. Pepatah mengatakan ”Basa téh ciciren bangsa; Leungit basana ilang bangsana” (bahasa menunjukkan bangsa, hilang bahasa lenyap bangsa). Bermakna luas bahwa bahasa dan bangsa merupakan jalinan yang tak terpisahkan. Bangsa yang mempunyai harga diri harus memiliki bahasa; hilang budi bahasa, maka hilang pula derajat diri. Pemikiran budaya suatu bangsa termanifestasikan melalui bahasanya. Bahasa suatu komunitas adalah yang paling tepat untuk mengekspresikan budaya yang dimiliki oleh komunitas tersebut. Oleh karena itu, bahasa Sunda adalah wadah yang paling tepat untuk mengekspresikan sosial budaya Sunda.

Dalam kehidupan sosial orang Sunda, bahasa Sunda juga berfungsi sebagai alat berpikir dan interaksi sosial serta komunikasi. Proses komunikasi berlangsung secara verbal maupun nonverbal atau kombinasi di antara keduanya. Komunikasi nonverbal berlangsung melalui interaksi kinesik atau isyarat. Komunikasi verbal yang lazim disebut komunikasi bahasa, baik melalui medium lisan (berbicara dan menyimak), melalui medium tulisan (membaca dan menulis), maupun melalui audiovisual (memirsa dan menyajikan). Berbicara, menulis, dan menyajikan sebagai keterampilan berbahasa produktif, sedangkan menyimak, membaca, dan memirsa sebagai keterampilan berbahasa reseptif. Kemampuan berbahasa Sunda produktif dan reseptif melibatkan kemampuan berpikir, yang tidak terlepas dari konteks dan genre teks etnografis. Kemampuan berpikir berkaitan dengan sikap positif terhadap bahasa Sunda dan pengetahuan tentang bahasa Sunda.

Sebagai unsur dan wahana budaya Sunda, bahasa Sunda berfungsi sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sosial budaya Sunda. Komunikasi bahasa Sunda bermuara pada kemampuan berbahasa (menyimak, membaca, memirsa, berbicara, menulis, dan menyajikan) dan kemampuan berpikir. Kemampuan berbahasa diwadahi berbagai genre yang memiliki tipe-tipe teks, yang didasarkan pada alur pikir—struktur—khas teks tertentu. Tipe teks merupakan alur pikir yang dapat mengoptimalkan penggunaan bahasa untuk bekerja dan belajar sepanjang hayat. Dengan demikian, pembelajaran bahasa Sunda ditujukan untuk tujuan membina keterampilan berbahasa Sunda yang baik dan benar dalam konteks sosial budaya Sunda. Keterampilan berbahasa Sunda yang baik didasari oleh sikap dan konteks, sedangkan keterampilan berbahasa Sunda yang benar didasari oleh pengetahuan  tentang  bahasa Sunda.

Model utama dalam pembelajaran bahasa Sunda adalah Model Etnopedagogik Genre (MEG). Model yang berbasis genre etnografis (kearifan lokal) ini didasari oleh nilai-nilai budaya lokal, yang merupakan jati diri (identitas) kultural bangsa. Dalam hal ini, nilai-nilai budaya lokal diharapkan dapat muncul dan diwariskan dalam proses pendidikan kepada generasi muda. Dengan demikian, pembelajaran bahasa Sunda bermatra ganda, di samping membina kemampuan berbahasa dan bersastra Sunda, juga melestarikan dan menumbuhkan budaya Sunda. Model ini memiliki empat tahapan, yakni (1) penjelasan teks untuk membangun konteks etnografis (explaining, building the etnograpic context), (2) pemodelan (modeling), (3) pembimbingan (joint construction), dan (4) pemandirian (independent construction). Pendidik dapat pula menggunakan model pembelajaran lain sesuai dengan tujuan dan konteks tertentu.

Apa Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Sunda dalam Kurikulum Merdeka ? Berdasarkan Capaian Pembelajaran (CP) Mulok  Bahasa Sunda SD, SMP, SMA, dan SMK Pada Kurikulum Merdeka, Mata pelajaran bahasa Sunda merupakan mata pelajaran muatan lokal di Jawa Barat. Sebagai mata pelajaran muatan lokal, mata  pelajaran  bahasa Sunda bertujuan untuk membantu peserta didik dalam membina dan mengembangkan:

·          akhlak mulia dengan menggunakan bahasa Sunda secara benar  dan santun;

·          sikap menghargai bahasa Sunda sebagai bahasa ibu dan/atau bahasa daerah;

·          kemampuan berbahasa Sunda dengan benar dan santun melalui berbagai teks multimodal (lisan-tulis, audio, visual, atau audiovisual) untuk berbagai tujuan (genre) dan konteks;

·          kemampuan literasi yang mengintegrasikan kemampuan berbahasa Sunda yang benar dan santun serta kemampuan berpikir (bernalar) kritis dan kreatif dalam belajar dan berkehidupan;

·          kepedulian terhadap pelestarian dan penumbuhan budaya Sunda dalam berkontribusi sebagai warga masyarakat Sunda, Indonesia, dan dunia yang demokratis, berkeadilan, dan damai dengan bersikap silih asih, silih asah, dan silih asuh;

·          kepercayaan diri untuk berekspresi dalam bahasa Sunda sebagai individu yang cakap, mandiri, bergotong royong, bertanggung jawab, dan santun.

Apa Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Sunda dalam Kurikulum Merdeka ? Berdasarkan Capaian Pembelajaran (CP) Mulok  Bahasa Sunda SD, SMP, SMA, dan SMK Pada Kurikulum Merdeka, Mata pelajaran bahasa Sunda adalah mata pelajaran muatan lokal yang berdiri sendiri. Ketetapan kebijakan ini sejalan dengan Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi No. 371/M/2021 tentang Program Sekolah Penggerak dan Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi No. 165/M/2021 tentang Program Sekolah Menengah Kejuruan Pusat Keunggulan bahwa satuan pendidikan dan/atau pemerintah daerah dapat mengembangkan mata pelajaran khusus muatan lokal bahasa daerah yang berdiri sendiri sebagai bagian dari program intrakurikuler dengan beban belajar maksimum 72 JP per tahun atau 2 JP per minggu dengan mempertimbangkan kebutuhan dan karakteristik satuan pendidikan dan/atau daerah, kebutuhan peserta didik, dan dunia kerja.

Bahasa Sunda adalah bahasa ibu bagi sebagian besar masyarakat Jawa Barat, yang sekaligus menjadi bahasa daerah. Sebagai bahasa ibu, bahasa Sunda masih digunakan oleh masyarakat Sunda dan perlu dipelihara sebagaimana direkomendasikan oleh UNESCO tahun 1999 tentang Pemeliharaan Bahasa-bahasa Ibu di Dunia. Adapun secara konstitusional, dalam UUD 1945, Pasal 32 ayat 2 ditegaskan bahwa “Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.” Demikian pula sebagai bahasa Daerah, bahasa Sunda masih dipelihara dan digunakan oleh masyarakat Jawa Barat. Pemeliharaan itu dibuktikan dengan adanya Perda No. 14 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Perda No. 5 tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah. Selain itu, selaras pula dengan Peraturan Gubernur Nomor 173 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Karakter Jabar Masagi pada Satuan Pendidikan.

Atas dasar itulah, maka konten pembelajaran yang tertuang dalam mata pelajaran bahasa Sunda mengutamakan keunggulan daerah dan kearifan daerah dengan tetap mangacu pada kompetensi yang ingin dicapai. Konten yang diajarkan dalam bentuk tipe teks (fiksi dan nonfiksi) etnografis berbahasa Sunda yang mengandung isi, struktur teks, kebahasan, dan konteks. Teks etnografis (fiksi dan nonfiksi) berkaitan dengan nilai kearifan lokal sebagai dasar pembinaan dan pengembangan bahasa dan budaya Sunda. Struktur teks dan kebahasan diajarkan sebagai dasar keterampilan berbahasa Sunda, sedangkan struktur teks dan kesastraan diajarkan sebagai dasar keterampilan bersastra Sunda. Dengan demikian, pembelajaran bahasa Sunda membina dan mengembangkan kemampuan bahasa, sastra, budaya, dan berpikir. Pengembangan kemampuan bahasa mengacu pada pengetahuan bahasa (tatabahasa dan kosakata) serta keterampilan berbahasa lisan dan tulis, baik reseptif (menyimak, membaca, dan memirsa) maupun keterampilan produktif (berbicara, menulis, dan menyajikan/mempresentasikan); pengembangan kemampuan sastra mengacu pada pengetahuan, apresiasi, dan ekspresi sastra; serta pengembangan kemampuan berpikir mengacu pada sikap kritis, kreatif, dan imajinatif; serta pengembangan kemampuan budaya yang mengacu pada nilai-nilai etnopedagogik.

Pembinaan dan pengembangan kemampuan berbahasa Sunda merupakan pendidikan berbasis kearifan lokal, yang bersinergi dengan program Jabar Masagi untuk menguatkan pendidikan karakter. Pendidikan karakter ini nantinya akan mewujudkan pribadi yang dicita-citakan dalam Profil Pelajar Pancasila, yakni perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam dimensi utama: (1) Beriman bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, (2) Berkebinekaan global, (3) Gotong royong, (4) Mandiri, (5) Bernalar kritis, dan (6) Kreatif. Profil Pelajar Pancasila tersebut sesuai Visi dan  Misi  Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024.

Bagi masyarakat Sunda, Profil Pelajar Pancasila tersebut didasari oleh Empat Kepribadian (Catur Diri Insan), yakni pribadi yang beriman (pengkuh agamana, spiritual quotient), berilmu (luhung élmuna, intellectual quotient), berbudaya (jembar budayana, emotional quotient), dan berkarya atau kreatif (rancagé gawéna, actional quotient). Melalui stimulasi Trisilas (silih asih, silih asah, silih asuh) dihasilkan pribadi peserta didik yang multitalenta (Jelema Masagi), yang memiliki empat ciri, yakni berbudaya (nyunda), agamis (nyantri), akademis (nyakola), dan ksatria (nyantana), yang dapat memasuki lima gerbang kebahagiaan (Gapura Pancawaluya), yakni sehat fisik-mental (cageur); baik hati, empati, atau berakhlakul karimah (bageur); taat hukum atau benar (bener); cerdas, berilmu, atau pintar (pinter); dan terampil atau tangkas (singer).

Hal ini sejalan dengan konsep ‘Merdeka Belajar’ yang di  antaranya berupaya mewujudkan sekolah kegiatan yang menyenangkan;  manajemen sekolah yang kolaboratif dan kompeten; keselarasan pendidikan di rumah dan keluarga; guru sebagai pembuat kurikulum dan fasilitator berbagai sumber pengetahuan; pembelajaran yang memanfaatkan teknologi; kurikulum berdasarkan kompetensi, fokus soft skill, dan pengembangan karakter; dan pembelajaran berorientasi (berpusat) pada peserta didik, sehingga dihasilkan peserta didik nu bagja-waluya (well-being student) di satuan pendidikan, yakni mampu menciptakan kebahagiaan dan kesejahteraan, serta pola pikir dan emosi positif peserta didik. Arah pendidikan tersebut, selaras pula dengan program Jabar Masagi, yang merupakan model pendidikan karakter berbasis  kearifan  lokal demi membentuk manusia berbudaya, yang memiliki ciri beriman, spiritual, atau religious (nyantri), berilmu (cerdas), sehat fisik-mental (cageur), dan berkarakter emosi-sosial atau berakhlakul karimah (bageur). Juga yang mampu belajar merasakan (niti surti/rasa/empati), belajar  memahami (niti harti/karsa), belajar  melakukan (niti bukti), dan belajar hidup bersama (niti bakti/dumadi nyata). Integrasi keempat titian (Niti) pilar pendidikan tersebut menjadi manusia paripurna (niti jadi (sajati)) yang Bagja-Waluya (well-being).

Di dalam prosesnya, pembelajaran muatan lokal bahasa Sunda pun selaras dengan   prinsip   pembelajaran   yang   menjembatani   perbedaan    karakter,    minat, dan bakat siswa (teaching at the right level) dan pembelajaran berdiferensiasi (differentiated learning), yakni pembelajaran yang memberi keleluasaan pada peserta didik untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajarnya. Bermakna bahwa proses pembelajaran bukan hanya berfokus pada konten, tetapi berorientasi pada kebutuhan atau profil peserta didik, yang meliputi (1) faktor lingkungan, (2) visual, (3) auditori, dan (4) kinestetik.

Sebagai dampak (outcome)nya akan terbentuk enam moral manusia, yakni moral manusia terhadap Tuhan, moral manusia terhadap pribadi, moral manusia terhadap manusia lainnya, moral manusia terhadap alam, moral manusia terhadap waktu, dan moral manusia dalam mengejar kebutuhan lahiriah dan kepuasan batiniah. Moral manusia ini dapat meningkatkan tujuh Citra Kasundaan, yang meliputi citra nilai, citra pribadi, citra emosi, citra hubungan, citra keruangan, citra kewaktuan, dan citra nasionalisme. Citra Kasundaan inilah yang turut menopang dan mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

Sebagai dampak pendidikan berbasis kearifan lokal, maka citra nasionalisme akan mendasari pembentukan Profil Pelajar Pancasila, yakni perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Demi mewujudkan profil pelajar Pancasila dan Catur Diri Insan diperlukan kemampuan literasi, yang didasari keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa Sunda diwujudkan secara aktual dengan genre teks etnografis (budaya Sunda). Genre teks etnografis Sunda dapat berupa tipe teks nonfiksi maupun tipe teks fiksi. Tipe teks nonfiksi mewadahi kegiatan berbahasa Sunda reseptif dan produktif, sedangkan tipe teks fiksi mewadahi kegiatan bersastra Sunda apresiatif dan ekspresif. Kegiatan berbahasa Sunda reseptif dan produktif sejalan dengan kegiatan bersastra apresiatif dan ekspresif.

Serlengkapnya silahkan download dan baca Capaian Pembelajaran (CP) Mulok  Bahasa Sunda SD, SMP, SMA, dan SMK Pada Kurikulum Merdeka melalui salinan dokumen di bawah ini

Link download Capaian Pembelajaran (CP) Mulok  Bahasa Sunda SD, SMP, SMA, dan SMK Pada Kurikulum Merdeka Versi Revisi Terbaru (DISINI)

Demikian informasi tentang Capaian Pembelajaran (CP) Mulok  Bahasa Sunda SD, SMP, SMA, dan SMK Pada Kurikulum Merdeka. Semoga ada manfaatnya.

1 tanggapan pada “Capaian Pembelajaran Mulok Bahasa Sunda Kurikulum Merdeka”

Komentar ditutup.

GURU BERKARYA
error: Content is protected !!