BURUNG PERKICI BURU (CHARMOSYNA TOXOPEI)
|
Burung Perkici Buru (Charmosyna toxopei) dikenal sebagai burung endemik Pulau Buru. Dikenal pula, bahwa burung yang berparuh bengkok itu langka. Dan hanya ada di Pulau Buru. Burung perkici buru ditemukan pada tahun 1921 oleh seorang penjelajah berkebangsaan Belanda, yaitu Hendrik Cornelis Siebers. Dengan catatan, bahwa Hendrik Cornelis Siebers bukanlah seorang ahli burung, tetapi ahli serangga.
Ukuran badan Burung ini adalah 16 cm. Burung ini berwarna hijau atau kuning.Mahkota depan berwana biru. Pada yang jenis betina,mahkotanya lebih jelas. Pangkal ekornya pada bagian bawah berwarna merah. Burung ini bersuara ti-ti-ti-ti-ti sangat melengking.
Burung ini merupakan parrot (burung berparuh bengkok) yang langka. Burung ini juga termasuk burung endemik yang hanya terdapat di Pulau Buru, Maluku, Indonesia. Langkanya parrot endemik Pulau Buru ini terbukti dengan tidak pernah ditemukannya lagi spesies hidup sejak Burung ini ditemukan pertama kali pada tahun 1921.
Karena tidak dapat teridentifikasi hingga puluhan tahun, IUCN Redlist mengukuhkannya sebagai spesies Crtically Endangered, spesies dengan tingkat keterancaman paling tinggi. Burung Perkici Buru ditemukan pertama kali oleh Lambertus Johannes Toxopeus, seorang berkebangsaan Belanda tahun 1921. Dan sejak saat itu burung ini tidak terlihat lagi secara pasti.
Burung Perkici Buru oleh masyarakat sering disebut sebagai “utu papua”. Namun nama burung ini dalam Bahasa Inggris adalah Blue-fronted Lorikeet. Dalam nama latin (nama ilmiah), Burung Perkici Buru memiliki nama Charmosyna toxopei (Siebers, 1930).
Deskripsi Perkici Buru. Burung ini berukuran kecil dengan panjang hanya sekitar 16 cm saja. Bulu tubuhnya hampir seluruhnya berwarna hijau kecual bagian mahkota depan yang berwarna biru dan bagian bawah pangkal ekor yang berwarna merah. Diduga ini nan langka dan endemik Pulau Buru ini hidup secara berpasangan atau kelompok kecil yang berisi 10 individu. Burung parrot ini mempunyai suara kicauan menyerupai bunyi “ti ti ti ti ti” yang melengking.
Habitat burung endemik Pulau Buru, Maluku, Indonesia ini adalah hutan primer dan sekunder di daerah berketinggian 0 – 1000 m dpl. Jumlah populasi hingga sekarang tidak diketahui dengan pasti. Namun sebagaimana data yang telah dikutip dari Birdlife International, populasinya hanya berada dalam kisarang 50 -250 ekor saja. Ini jumlah yang sangat sedikit untuk spesies burung non predator. Karena jumlah populasi individu yang sangat sedikit, daerah persebaran yang sempit karena hanya terdapat (endemik) di satu pulau kecil saja maka IUCN Redlist memasukkannya sebagai spesies dengan tingkat keterancaman tinggi, yakni Critically Endangered (kritis) sejak tahun 2000. CITES juga telah memasukkannya dalam daftar Apendiks II.
Burung Perkici Buru, si hijau kecil berparuh bengkok, endemik lokal Pulau Buru, dan sangat terancam punah ini semakin menambah panjang daftar burung-burung misterius di Indonesia. Burung tersebut misterius lantaran ditemukan sekali seterusnya tiada pernah menampilkan diri lagi. Adpun Klasifikasi Ilmiah : Kerajaan : Animalia; Filum : Chordata; Kelas : Aves; Ordo : Psittaciformes; Famili : Psittacidae; Genus : Charmosyna; Spesies : Charmosyna toxopei.