Lompat ke konten
Beranda ยป Burung Anis Sisik (Zoothera Dauma)

Burung Anis Sisik (Zoothera Dauma)

  • oleh
Burung Anis Sisik (Zoothera Dauma)
Burung Anis Sisik (Zoothera dauma, Latham, 1790) – Common-scaly Thrush

Burung Anis Sisik ini termasuk burung “pendiam” kata kebanyakan penggemar burung, karena sulitnya membuat burung ini mau berkicau, seringnya cuma “ssstt ssstt” saja. Tapi ada juga yang berhasil mem”bunyi”kan burung ini. Bukan “gampang-gampang susah” tapi “susah-susah sulit”, alias benar-benar perlu kesabaran dan perawatan khusus.

Burung Anis Sisik awalnya ditemukan di wilayah Siberia Russia, Mongolia, China, Taiwan dan Filipina. Tapi akhir-akhir ini ditemukan juga di daerah pegunungan Bukit Barisan Sumatra Utara, awalnya burung ini diduga hanya bermigrasi sementara selama musim dingin di tempat asalnya, tapi karena seringnya burung ini ditemukan di pegunungan Bukit Barisan, diyakini burung ini juga berhabitat di tempat tersebut atau mungkin bermigrasi dari tempat asalnya dan menetap di tempat barunya, yaitu di pegunungan Bukit Barisan Sumatra Utara.
Zoothera dauma, Anis Sisik atau Punglor Sisik (Common Scaly Thrush), adalah salah satu spesies dari sekian banyak jenis Punglor (Anis), yang ada di Indonesia dan salah satu dari 39 spesies Zoothera yang ada di dunia.
Punglor Sisik ini berhabitat di pegunungan di Sumatra Utara. Corak kelir tubuh yang menyerupai sisik ini lah menjadikan burung ini diberi nama sebagai Anis Sisik atau Punglor Sisik. Sehingga dalam bahasa Inggris pun disebut sebagai Scaly Thrush. Burung ini sering terlihat di pegunungan Sumatra Utara. Suaranya pun tidak kalah dari keluarga spesies Zoothera lain, terdengar lembut, mengalun pendek dengan variasi yang baik. Burung ini kerap mencari makan di permukaan tanah, mencari binatang kecil yang ada di permukaan tanah maupun yang ada di balik lapisan tanah paling atas.
Habitat burung Zoothera dauma ini biasanya banyak di daerah dekat aliran sungai yang ada air terjun kecilnya. Karena burung ini menyukai suasana basah dan dingin. Apabila burung ini dibawa ke daerah panas, maka burung ini untuk sementara waktu akan ‘merajuk’ atau ‘ngambek’, dalam istilah lain ‘macet’ tidak mau mengeluarkan kicauannya untuk jangka waktu yang lama, kadang bisa mencapai 6 bulan, bahkan bisa mencapai 1 tahun.
Burung Punglor Sisik ini pernah sempat beredar di pasaran, tetapi karena dianggap tidak bisa bunyi, dan susah membuatnya berkicau, sehingga ditinggalkan oleh para penggemar burung. Padahal dengan rawatan yang khusus mungkin saja burung ini bisa menjadi suatu burung yang istimewa, yang mampu berkicau dengan merdunya, tidak kalah dari sepupunya seperti Punglor Kembang atau Punglor Merah.

GURU BERKARYA
error: Content is protected !!