Lompat ke konten
Beranda » Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini (PAUD)

Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini (PAUD)

  • oleh
Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini (PAUD)
Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini (PAUD)


Apa Pengertian Perkembangan dan Pertumbuhan
? Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat kuantitatif, sebagai akibat dari adanya pengaruh luar atau lingkungan. Pertumbuhan mengandung arti adanya perubahan alam ukuran dan struktur tubuh sehingga lebih banyak menyangkut perubahan fisik. Selain dari pengertian di atas, pertumbuhan dapat didefinisikan pula sebagai perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada diri individu yang sehat dalam fase-fase tertentu. Hasil dari pertumbuhan ini berupa bertambah panjang tulang-tulang terutama lengan dan tungkai, bertambah tinggi dan berat badan serta makin bertambah sempurnanya susunan tulang dan jaringan syaraf. Pertumbuhan ini akan terhenti setelah adanya maturasi atau kematangan pada diri individu. 

Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan adalah suatu perubahan fungsional yang bersifat kualitatif, baik dari fungsi-fungsi fisik maupun mental sebagai hasil keterkaitannya dengan pengaruh lingkungan.Perkembangan dapat juga dikatakan sebagai suatu urutan-urutan perubahan yang bersifat sistematis, dalam arti saling kebergantungan atau saling mempengaruhi antara lingkup-lingkup fisik dan psikis dan merupakan satu kesatuan yang harmonis. Contoh, anak diperkenalkan bagaimana cara memegang pensil, membuat huruf-huruf dan diberi latihan oleh orang tuanya. Kemampuan belajar menulis akan mudah dan cepat dikuasai anak apabila proses latihan diberikan pada saat otot-ototnya telah tumbuh dengan sempurna, dan saat untuk memahami bentuk huruf telah diperoleh.

 

Dengan demikian anak akan mampu memegang pensil dan membaca bentuk huruf. Selain itu perubahan juga bersifat progresif, yang berarti bahwa perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat dan mendalam baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Contoh, perubahan pengetahuan dan kemampuan anak dari yang bersifat sederhana berkembang ke arah yang lebih kompleks. Berkesinambungan merupakan ciri lain dari perubahan yang terjadi, artinya perubahan itu berlangsung secara beraturan atau berurutan, tidak bersifat meloncat-loncat atau karena unsur kebetulan. Contoh, agar anak mampu berlari maka sebelumnya anak harus mampu berdiri dan merangkak terlebih dahulu. Melalui belajar anak akan berkembang, dan akan mampu mempelajari hal-hal yang baru.

 

Perkembangan akan dicapai karena adanya proses belajar, sehingga anak memperoleh pengalaman baru dan menimbulkan perilaku baru. Dari uraian di atas kita bisa mengetahui bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak memiliki pengertian yang berbeda tetapi memiliki kesinambungan makna dalam membangun karakter dan pendidikan anak usia dini (PAUD).

 

Bagaimana Prinsip-prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan Anak? Untuk memberikan pemahaman terhadap perkembangan anak, seorang guru perlu memahami prinsip-prinsip perkembangan anak itu sendiri.Melalui langkah ini, penafsiran guru, orang tua, serta pihak-pihak yang terkait dengan tumbuhkembang anak dapat diberikan secara proporsional dan tidak salah kaprah. Setidaknya, ketika guru, orang tua, dan atau pihak-pihak yang terkait dengan tumbuhkembang anak melihat ada perbedaan antara anak yang satu dengan anak yang lain dalam rentang usia yang sama, maka hal tersebut tidak serta merta menimbulkan persoalan.

 

Berikut ini disajikan sejumlah prinsip-prinsip perkembangan anak, yaitu:

a. Perkembangan berlangsung secara kontinyu dan tidak terputus. Prinsip ini menunjukkan bahwa sepanjang manusia hidup maka sepanjang masa itulah perkembangan akan terus terjadi. Perkembangan dimulai ketika masa konsepsi sampai akhir hayatnya, yang ditandai oleh adanya perubahan pada diri individu, baik perubahan dalam ukuran maupun perubahan dalam fungsi.

b. Perkembangan berlangsung dalam urutan yang terpola. Perkembangan individu terjadi secara teratur mengikuti atau pola tertentu. Setiap perkembangan individu, sesungguhnya merupakan hasil perkembangan yang dicapai pada tahap-tahap sebelumnya dan merupakan bagian yang terintegrasi dengan lingkup-lingkup perkembangan anak itu sendiri. Sebagai contoh, kemampuan anak berjalan, tidak dapat dilepaskan dari pencapaian kemampuan anak berdiri yang sudah dicapai sebelumnya, dan kemampuan inidipengaruhi oleh semakin kuatnya otot-otot kaki yang terjadi pada anak.

Dalam konteks yang lebih luas, Yelon dan Weinsten (Syamsu, 2006:17-18) mengemukakan arah atau pola perkembangan sebagai berikut:

1) Cephalocaudal & proximal-distal, yaitu perkembangan manusia yang dimulai dari kepala ke kaki (Cephalocaudal), jantung dan sebagainya, ke pinggir, tangan (proximal-distal).

2) Struktur mendahului fungsi. Hal ini berarti bahwa anggota tubuh individu akan dapat berfungsi setelah matang strukturnya. Seperti mata, akan dapat melihat setelah otot-ototnya matang atau kaki dapat difungsikan untuk berjalan setelah otot-ototnya matang.

3) Perkembangan itu berdiferensiasi. Artinya perkembangan tersebut berlangsung dari umum ke khusus. Kondisi seperti ini terjadi dalam semua lingkup perkembangan baik fisik maupun psikis, seperti bayi menendang-nendang kakinya secara sembarangan sebelum fokus pada benda, arah, dan ukuran tertentu.

4) Perkembangan berlangsung dari kongkret ke abstrak. Artinya perkembangan tersebut berproses dari suatu kemampuan berpikir yang kongkret dengan objek yang tampak jelas ke arah yang lebih abstrak, seperti anak berhitung dengan bantuan jari tangannya sementara pada masa selanjutnya tidak memerlukan bantuan seperti itu.

5) Perkembangan itu berlangsung dari egosentrisme ke perspektivisme. Artinya seorang anak yang pada awalnya fokus pada diri sendiri secara berangsur melihat lingkungan sebagai bagian dari faktor yang dapat memenuhi kebutuhannya.

Perkembangan itu berlangsung dari “outter control to inner control.” Artinya anak yang pada awalnya berada dalam kontrol lingkungan, seperti ketergantungan pada orang tua dan kontrol lingkungan menuju ke arah kemandirian yang memungkinkan anak melakukan kontrol terhadap dirinya sendiri.

c. Irama dan tempo perkembangan bersifat individual. Sekalipun perkembangan memiliki arah dan pola tertentu, akan tetapi irama dan tempo perkembangan sesungguhnya bersifat unik. Artinya sekalipun seorang anak berada dalam rentang usia yang sama, akan tetapi tahapan pencapaian tugas-tugas perkembangan sangat mungkin berbeda. Sebagai contoh, anak-anak tertentu ada yang memiliki kemampuan berjalan pada usia 9 bulan, sementara yang lain baru dapat berjalan pada usia 12 atau 13 bulan. Demikian pula dengan kemampuan anak menggenggam, melempar, dan perkembangan lainnya.

d. Perkembangan bergerak dari yang umum ke yang khusus. Anak-anak cenderung akan memperhatikan benda-benda dalam pandangan global, utuh, dan nyata sebelum memperhatikan hal-hal yang lebih spesifik atau ditail. Sebagai contoh, ketika anak memperhatikan berbagai jenis mainan, maka anak cenderung akan memperhatikan mainan tersebut secara utuh. Seiring dengan bertambahnya usia dan berfungsinya kemampuan penglihatan anak, maka keinginan anak untuk memperhatikan ditail dari mainan tersebut juga akan berkembang.

e. Hasil proses belajar tergantung pada tingkat kematangan yang dicapai. Perkembangan yang dicapai anak sangat tergantung pada tingkat kematangan yang dicapai anak itu sendiri. Seorang anak yang belum mencapai kematangan untuk berdiri, akan sangat sulit jika diminta melakukan aktifitas berjalan atau bahkan berlari. Demikian pula dengan kemampuan melempar, yang akan sulit dapat dilakukan jika kemampuan anak menggenggam belum dikuasai dengan baik.

f. Faktor-faktor hereditas dan lingkungan memiliki pengaruh yang sama kuat terhadap proses perkembangan. Sekalipun ada yang berpandangan bahwa faktor lingkungan lebih berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, akan tetapi sejatinya kedua faktor tersebut memiliki pengaruh yang sama. Sulit bagi anak untuk tidak mewarisi sifat-sifat kedua orang tuanya, termasuk dalam lingkup kogntif.

g. Perkembangan dapat mengalami kemunduran dan dapat pula dipercepat dalam batas-batas tertentu. Melalui berbagai stimulasi dan keadaan yang dialami anak, maka sangat mungkin terjadi adanya kemunduran dan percepatan dalam perkembangan anak, sekalipun tidak terjadi secara ekstrim.Anak-anak yang memiliki asupan gizi yang rendah, sangat mungkin mengalami perlambatan dalam pencapaian pertumbuhan dan perkembangannya.Gizi yang rendah, memungkinkan memperlambat tumbuhnya otot-otot kaki yang membuatnya lambat memiliki kemampuan berjalan.Sementara itu, anak-anak yang memiliki stimulasi gizi atau lingkungan yang baik, dimungkinkan pula untuk memperoleh kemampuan berjalan, bersosialisasi, memperhatikan detail yang relatif lebih cepat dari perkembangan rata-rata anak lainnya.

h. Pada usia tertentu terdapat perbedaan perkembangan/pertumbuhan antara anak laki-laki dengan anak perempuan. Pengaruh hormonal pada anak laki-laki dan perempuan memiliki pengaruh dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Anak perempuan cenderung mengalami pelambatan pertumbuhan tinggi badan ketika memasuki usia 15-17 tahun, sementara anak laki-laki masih mengalaminya sampai rata-rata usia 21 tahun. Anak perempuan cenderung terlihat lebih dewasa pada rentang usia yang sama dengan laki-laki, sekalipun pada usia-usia selanjutnya relatif lebih sejajar.

i. Bagian sifat-sifat individu dalam perkembangannya saling berkorelasi secara positif. Sesuai dengan istilahnya, individu yang berasal dari kata un-devided yang bermakna tidak dapat dipisahkan, maka dalam perkembangannya, sifat-sifat yang dimiliki iindividu saling berkorelasi secara positif, baik sifat yang herediter maupun terbentuk dari lingkungan.

j. Setiap individu yang normal akan melewati segenap fase perkembangan. Individu yang normal akan melewati segenap fase dengan seluruh ciri khasnya, seperti fase bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, dan masa tua.

 

Apa saja Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak ? Pertumbuhan dan perkembangan individu dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat dikelompokkan pada faktor yang bersifat internal dan eksternal, atau dalam istilah Santrock (2007:19) menyebutnya dengan faktor nature dan nurture. Naturemerujuk pada warisan biologis seseorang, sedangkan nurture pada pengalaman lingkungannya.

A. Faktor Internal

1) Faktor Hereditas

Hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi individu yang diturunkan oleh orang tua anak. Syamsu Yusuf (2006:34) menguraikan bahwa yang diturunkan oleh orang tua pada anak- anaknya adalah sifat strukturnya dan bukan tingkah laku yang diperoleh sebagai hasil belajar atau pengalaman. Penurunan sifat-sifat ini mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:

a) Reproduksi yang berarti penurunan sifat-sifatnya hanya berlangsung melalui sel benih.

b) Konformitas (keseragaman) dimana proses penurunan sifat akan mengikuti pola jenis (species) generasi sebelumnya, misalnya manusia akan menurunkan sifat-sifat manusia kepada anaknya

c) Variasi, karena jumlah gen-gen dalam pada setiap pembuahan akan memiliki kemungkinan yang banyak pula. Dengan demikian untuk setiap proses penurunan sifat akan terjadi penurunan yang bervariasi, seperti kakak adik dimungkinan memiliki sifat yang berbeda

d) Regresi fillial, yaitu penurunan sifat cenderung ke arah rata-rata

2) Proses Selama Kehamilan

Periode yang sangat vital berkenaan dengan faktor hereditas ini adalah masa kehamilan. Hurlock (1997:30) mengidentifikasi empat kondisi penting yang mempengaruhi perkembangan individu pada masa selanjutnya, yaitu pembentukan sifat bawaan, jenis kelamin, jumlah anak, dan urutan kelahiran anak:

a) Sifat Bawaan. Peristiwa penting pertama dalam masa kehamilan adalah penentuan sifat bawaan, dimana peristiwa ini hanya terjadi satu kali dalam seluruh rentang kehidupan individu. Kombinasi yang terbangun antar orang tua (ayah dan ibu, serta kakek dan nenek) sangat kompleks. Penentuan sifat bawaan mempengaruhi perkembangan individu pada masa selanjutnya. Perkembangan yang dimaksud mencakup dua hal penting, yaitu faktor keturunan yang membatasi sejauhmana individu dapat berkembang, serta sifat bawaan sepenuhnya merupakan faktor kebetulan, karena tidak ada cara untuk mengendalikan jumlah kromosom ibu dan ayah yang akan diturunkan pada anak.

b) Jenis Kelamin. Penentuan jenis kelamin individu merupakan unsur penting kedua yang terjadi pada saat pembuahan. Tiga alasan penting mengapa penentuan jenis kelamin ini menjadi sangat penting, yaitu pertama, anak-anak dalam rentang kehidupannya akan senantiasa mendapatkan tuntutan, peran, serta peran budaya sesuai jenis kelaminnya. Kedua, pengalaman belajar yang diterima anak akan sangat ditentukan oleh jenis kelaminnya. Jenis permainan, tugas-tugas yang diemban, atau pengelom-pokkan-pengelompokkan yang terjadi, sering didasari oleh jenis kelamin anak itu sendiri. Anak-anak pada jenis kelamin tertentu akan dipandang normal, selaras, atau adequate, jika melakukan berbagai peran dalam pengalaman belajarnya yang sesuai dengan jenis kelaminnya.

c) Jumlah Anak. Peristiwa penting yang ketika pada saat kehamilan atau sesudahnya adalah menentukan jumlah anak yang akan dilahirkan. Sekalipun pada umumnya ibu melahirkan satu anak, akan tetapi menurut Meredith (Hurlock, 1997:31) sering juga terjadi kelahiran yang lebih dari satu. Data-data menunjukkan 1 dari 80 kelahiran terjadi kembar dua, 1 dari setiap 9.000 kelahiran terjadi kembar 3, dan 1 dari 570.000 terjadi kelahiran kembar empat.

d) Posisi Urutan Anak. Peristiwa penting keempat dalam masa kehamilan adalah penentuan urutan anak yang baru terbentuk diantara saudara-saudara lainnya. Sekalipun demikian, urutan posisi ini sangat mungkin berubah, seiring terjadinya kehamilan berikutnya. Artinya anak-anak yang semua menempati anak bungsu, akan sangat mungkin berganti urutan karena kelahiran adiknya. Posisi urutan ini menjadi bahan pertimbangan yang penting, karena menentukan peran sosial yang akan dihadapi oleh anak di masyarakatnya.

 

B. Faktor Eksternal

1) Asupan Gizi

Faktor asupan gizi memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan jasmani anak yang pada gilirannya akan mempengaruhi lingkup perkembangan lain, seperti lingkup intelektual, bahasa, sosial-emosional, maupun nilai-nilai agama. Anak-anak yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisiknya lambat, akan memiliki banyak hambatan ketika anak melakukan kontak-kontak sosial, karena cenderung menarik diri dari lingkungan, dan sebaliknya lingkungan juga cenderung tidak banyak melibatkan, karena keterbatasan inisiatif yang dimiliki anak. Dalam konteks ini, proses tumbuh kembang anak dipengaruhi “tiga pilar utama” yaitu gizi, kesehatan dan stimulasi psikososial yang dilaksanakan secara terpadu.

Macam-macam zat gizi yang penting dan fungsinya masing-masing meliputi (Dokter Kecil, 2011)

a) Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber penghasil energi bagi tubuh manusia. Terdapat dua jenis karbohidrat yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks. Karbohidrat sederhana terdiri dari dua bagian yaitu monosakarida dan oligosakarida. Monosakarida dikelompokan menjadi glukosa, fruktosa dan laktosa. Sumber glukosa dapat ditemui pada jenis buah-buahan, jagung manis dan madu. Fruktosa merupakan sumber karbohidrat yang paling manis sehingga sering disebut sari manis. Dan dan laktosa dapat ditemukan pada susu.

Berikut beberapa fungsi karbohidrat dalam tubuh:

               Sumber utama energi tubuh.

               Pemberi rasa manis pada makanan fruktosa, glukosa, maltosa, dan laktosa.

               Penghemat protein maksudnya bila karbohidrat kurang dalam tubuh maka protein yang dipakai dan bila sebaliknya, maka protein dipakai untuk pertumbuhan.

               Pengatur metabolisme lemak normal. Bila karbohidrat tidak cukup maka dalam jumlah besar akan memakai lemak yang menghasilkan energi dan produk tubuh berupa asam keton.

               Membantu pengeluaran faeses. Dengan cara mengatur peristaltik usus dan membentuk pada faeses.

               Laktosa dapat menetap lebih lama dalam usus dibanding disakarida lain, hingga membantu meningkatkan pertumbuhan bakteri yang berguna dalam efek pencahar dan memproduksi vitamin-vitamin tertentu dalam usus.

Kekurangan karbohidrat dan protein Menyebabkan penyakit marasmus, dengan ciri-ciri: Wajah tampak tua (keriput dan cekung), berat badan sangat kurang, otot-otot mengecil, hampir tidak ada lapisan lemak di bawah kulit

 

b) Protein

Istilah Protein berasal dari bahasa Yunani “protos” yang memiliki arti “yang paling utama”. Protein memiliki peran yang sangat penting pada fungsi dan struktur seluruh sel makhluk hidup. Hal ini dikarenakan molekul protein memiliki kandungan oksigen, karbon, nitrogen, hidrogen, dan sulfur. Sebagian protein juga mengandung fosfor.

Protein terbagi menjadi dua yaitu protein nabati dan protein hewani. Protein nabati berasal dari sumber makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan sedangkan protein hewani berasal dari sumber makanan sepeti hewan dan ikan. Kandungan asam amino esensial protein hewani lebih besar dari pada protein nabati. Dikarenakan hal tersebut protein hewani lebih berkualitas kandungan protein yang dibutuhkan oleh tubuh. Asam amino esensial adalah substansi protein yang dibutuhkan oleh tubuh manusia, tetapi tubuh tidak dapat mensintesa sendiri, sehingga harus dikonsumsi dari luar dalam bentuk makanan. Beberapa manfaat protein tersebut adalah sebagai berikut: Sebagai enzim,protein memiliki peranan yang besar untuk mempercepat reaksi biologis.

               Sebagai alat pengangkut dan penyimpan. Protein yang terkandung dalam hemoglobin dapat mengangkut oksigen dalam eritrosit. Protein yang terkandung dalam mioglobin dapat mengangkut oksigen dalam otot.

               Untuk penunjang mekanis. Salah satu protein berbentuk serabut yang disebut kolagen memiliki fungsi untuk menjaga kekuatan dan daya tahan tulang dan kulit.

               Sebagai pertahanan tubuh atau Imunisasi pertahanan tubuh.

               Protein ini biasa digunakan dalam bentuk antibodi.

               Sebagai media perambatan impuls syaraf.

               Sebagai pengendalian pertumbuhan.

Kekurangan protein menyebabkan penyakit kwashiorkor (busung lapar),dengan ciri-ciri: Wajah bulat seperti bulan, wajah memelas, rambut pirang dan mudah lepas, edema (bengkak) pada kaki, otot tubuh tidak berkembang dengan baik

 

c) Zat Besi

Kegunaan: Membentuk pigmen merah di dalam darah yang mengangkut oksigen ke dalam sel dan mengeluarkan karbondioksida dari sel, mencegah anemia, dan meningkatkan kebugaran tubuh. Sumber: Bayam, kangkung, daging merah, hati, ikan. Kekurangan zat besi menyebabkan penyakit anemia, dengan ciri-ciri: Lemah, letih dan lesu, bagian dalam kelopak mata pucat

 

d) Kalsium

Kegunaan: Penting untuk pertumbuhan tulang dan gigi, membantu pembekuan darah pada proses penyembuhan luka, serta memastikan jantung terus berdegup. Sumber: Susu bubuk, ikan teri, bayam, kacang hijau, kacang kedelai. Kekurangan kalsium menyebabkan penyakit kerapuhan tulang dan gigi, dengan ciri-ciri: Nyeri tulang saat bergerak, tubuh bungkuk, tulang mudah patah, gigi keropos.

 

e) Asam Folat

Kegunaan: Sangat penting pada masa pembelahan dan pertumbuhan sel, memproduksi sel darah merah, dan mencegah anemia. Pada wanita hamil, berfungsi untuk mencegah resiko cacat susunan saraf pusat (otak dan saraf tulang belakang) pada janin. Sumber: Kacang polong, bayam, semangka, jambu biji, sereal gandum. Kekurangan asam folat menyebabkan resiko bayi lahir dengan otak dan saraf tulang belakang yang tidak sempurna (cacat lahir). Pada anak dan dewasa, dapat menyebabkan anemia.

 

f) Vitamin A

Kegunaan: Sangat penting untuk kulit, kesehatan mata, dan menjaga daya tahan tubuh. Sumber: Wortel, jeruk, daun singkong, daun katuk, susu bubuk, telur, ikan. Kekurangan vitamin A menyebabkan penyakit kebutaan dan rabun senja.

 

g) Yodium

Kegunaan: Mengatur metabolisme dan memproduksi energi, membantu pertumbuhan badan, penting untuk perkembangan sistem saraf. Sumber: Garam beryodium, ikan air asin, bayam. Kekurangan yodium menyebabkan penyakit gondok, kretinisme/kerdil, dan gangguan perkembangan otak. Masalah gizi di Indonesia berdasarkan penelitian oleh para ahli gizi adalah masalah Kurang Energi Proterin (KEP). Kekurangan vitamin A dapat mengakibatkan xeropthalmia misalnya buta senja, kekurangan zat besi yang dapat menyebabkan animea, serta kekurangan yodium mengakibatkan penyakit gondok.Dari ketiga permasalahan tersebut KEP merupakan hal yang terpenting.

 

2) Gangguan Fisik dan Penyakit yang Diderita

Berbagai penyakit yang diderita anak, juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya. Hadirnya penyakit pada anak tidak terlepas dari asupan gizi yang diterima anak. Anak-anak yang mengalami gangguan penglihatan cenderung mengalami hambatan melakukan interaksi dengan teman dan orang di lingkungan sekitar. Anak tidak cepat memberikan respon, karena harus melihat reaksi orang lain terlebih dahulu. Demikian pula dengan anak yang mengalami gangguan pendengaran, bicara, serta gangguan fisik lainnya. Disamping itu, hambatan perkembangan juga sering dialami anak-anak yang mengalami penyakit, seperti demam yang sangat tinggi dan kejang-kejang.

 

3) Lingkungan Keluarga

Pengaruh keluarga dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, tidak saja pada lingkup perkembangan fisik dengan memperikan asupan gizi yang memadai, akan tetapi lebih dari itu. Keluarga memberikan pengaruh yang sangat besar, terutama pada perkembangan sosial anak. Erikson (Wolfolk, 2009:103) mengidentifikasi tiga lingkup penting dalam perkembangan posikososial pada tahun-tahun prasekolah, yaitu kepercayaan dan ketidakpercayaan, pada masa bayi, otonomi versus rasa malu dan ragu-ragu, yang menandai pengendalian diri dan rasa percaya diri, serta inisiatif versus rasa bersalah yang menambahkan pada otonomi kualitas-kualitas seperti menjalankan, merencanakan, dan memecahkan tugas-tugas demi menjadi aktif dan bergerak. Dalam konteks seperti inilah peran keluarga sangat besar terhadap perkembangan anak.

Dilihat dari fungsi keluarga, maka pengaruh keluarga terhadap perkembangan anak, dapat diklasifikasikan pada fungsi keluarga secara psikologis dan sosiologis. Secara psikologis keluarga berperan sebagai (1) pemberi rasa aman bagi anak dan anggota keluarga lainnya, (2) sumber pemenuhan kebutuhan baik fisik maupun psikis, (3) sumber kasih sayang dan penerimaan, (4) model prilaku yang tepat bagi anak untuk belajar menjadi anggota masyarakat yang baik, (5) pemberi bimbingan bagi pengembangan prilaku yang secara sosial dianggap tepat, (6) pembentuk anak dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dalam rangka menyesuaian dirinya terhadap kehidupan, (7) pemberi bimbingan dalam belajar keterampilan motorik, verbal, dan sosial yang dibutuhkan untuk penyesuaian diri, (8) stimulator bagi pengembangan kemampuan anak untuk mencapai prestasi, baik di sekolah maupun di masyarakat, (9) pembimbing dalam mengembangan aspirasi, dan (10) sumber persahabatan/teman bermain bagi anak sampai cukup usia untuk mendapatkan teman di luar rumah.

 

Sementara itu, dalam dimensi sosiologis keluarga memiliki fungsi (1) biologis dimana keluarga dipandang sebagai pranata sosial yang memberikan legalitas, kesempatan dan kemudahan bagi para anggotanya untuk memenuhi kebutuhan dasar biologisnya, (2) fungsi ekonomis dimana keluarga memiliki kewajiban untuk menafkahi anggota keluarganya, (3) fungsi edukatif, dimana keluarga berfungsi sebagai lingkungan pendidikan pertama dan utama. Keluarga juga berfungsi sebagai pengantar sosial budaya bagi anak-anaknya, (4) fungsi sosialisasi, dimana keluarga merupakan tempat penyemaian bagi masyarakat masa depan dan lingkungan keluarga merupakan faktor penentu yang sangat mempengaruhi kualitas generasi yang akan datang, (5) fungsi perlindungan, dimana keluarga berfungsi sebagai pelindung bagi anggora keluarganya dari gangguan, ancaman atau kondisi yang menimbulkan ketidaknyamanan para anggotanya, (6) fungsi rekreatif, dimana keluarga harus mampu menciptakan sebagai lingkungan yang memberikan kenyamanan, keceriaan, kehangatan dan penuh semangat bagi anggotanya, (7) fungsi agama (religi), dimana keluarga berfungsi sebagai penanam nilai-nilai agama kepada anak agar memiliki pedoman hidup yang jelas dan benar

 

4) Lingkungan Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis, malaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam membantu anak mencapai standar tingkat pencapaian perkembangan sesuai dengan rentang usia anak. Komponen lingkungan sekolah yang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini diantaranya:

a) Guru dan seluruh tenaga kependidikan di sekolah Komponen guru dan tenaga kependidikan lain di sekolah, memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan anak. Sikap dan perilaku guru yang mampu memberikan kenyamanan dan perlindungan bagi anak, merupakan media tumbuhkembang yang sangat baik bagi perkembangan seluruh lingkup perkembangan anak usia dini, terlebih bagi perkembangan lingkup sosial-emosional anak.

b) Penataan lingkungan sekolah. Mengingat anak usia dini berada pada masa penjelajahan atau eksplorasi, maka penataan lingkungan sekolah sangat mempengaruhi terwujudnya masa eksplorasi tersebut. Penataan arena bermain, penempatan alat bermain, serta mebeleir di ruangan akan memberikan dampak berkembang tidaknya kemampuan eksplorasi anak. Sekalipun demikian, penataan lingkungan sekolah, tidak hanya berkenaan dengan aspek eksplorasi, akan tetapi juga mempertimbangkan faktor keamanan bagi anak dan orang-orang yang terlibat dalam pembelajaran di sekolah.

c) Kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran. Stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat dilepaskan dari tersedia tidaknya sarana dan prasarana pembelajaran yang dibutuhkan. Dalam konteks ini, sarana pembelajaran yang diperlukan sesuai dengan lingkup-lingkup perkembangan anak usia dini. Oleh karena itu, sarana pembelajaran yang dibutuhkan meliputi:

               Sarana pembelajaran untuk pengembangan nilai-nilai agama dan moral, seperti alat-alat untuk melakukan ibadah, maket rumah ibadah, atau gambar dan poster-poster praktek ibadah.

               Sarana pembelajaran untuk mengembangkan lingkup fisik motorik, seperti papan atau balok titian, arena lompat, jinjit, atau senam untuk pengembangan motorik kasar. Plastisin, tanah liat, atau media playdough untuk pengembangan motorik halus.

               Sarana pembelajaran untuk mengembangkan lingkup kognitif, seperti aneka balok, maze, puzzle, atau alat-alat peraga sains sederhana.

               Sarana pembelajaran untuk mengembangkan bahasa, seperti aneka buku cerita anak, alat-alat video-audio, kartu huruf, suku kata dan kata serta panggung boneka.

               Sarana pembelajaran untuk mengembangkan lingkup sosial-emosional, seperti aneka kelengkapan bermain peran, aneka gambar ekspresi wajah, serta aneka film/video yang memuat cerita yang relevan dengan pengembangan lingkup sosial-emosional.

 

Bagaimana Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini (PAUD)? Dalam dunia pendidikan anak usia dini (PAUD), perkembangan anak merupakan hal yang harus diperhatikan karena perkembangan anak secara lanjut akan menentukan proses pembelajaran anak tersebut di jenjang selanjutnya.

a) Karakteristik Anak Usia Dini

Batasan usia anak usia dini bisa bervariasi, tergantung pada dasar yang digunakan. Pandangan mutakhir yang dianut di negara-negara maju, istilah anak usia dini (earlychildhood) lazim digunakan untuk mendeskripsikan anak dengan rentang usia 0-8 tahun. Bila dikaitkan dengan sistem pendidikan yang berlaku di Indonesia, rentang usia tersebut mencakup anak pada kelas-kelas rendah (1-3) di Sekolah Dasar, Taman Kanak-kanak (TK) dan yang sederajat, Kelompok Bermain (Kober), dan anak di Tempat Penitipan Anak (TPA).

b) Lingkup Perkembangan Anak

Perkembangan berkenaan dengan keseluruhan kepribadian anak, karena kepribadian membentuk satu kesatuan yang terintegrasi. Secara umum dapat dibedakan beberapa aspek utama kepribadian anak, yaitu lingkup nilai agama dan moral, fisikmotorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, dan seni. Perkembangan dari tiap lingkup kepribadian tidak selalu bersama-sama atau sejajar, perkembangan sesuatu lingkup mungkin mendahului atau mungkin juga mengikuti lingkup lainnya.

a. Lingkup Perkembangan Nilai Agama

Pada mulanya seorang anak dilahirkan ke dunia dalam keadaan belum mengenal apa-apa, termasuk mengenal agama. Anak-anak terus tumbuh dan berkembang dalam durasi tertentu berdasarkan tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangannya. Orang tua di rumah merupakan faktor utama dan pertama dalam menentukan kepribadian anak termasuk agamanya. Agama seorang anak pada umumnya ditentukan oleh pendidikan, pengalaman, dan latihan-latihan yang dilaluinya sejak kecil terutama oleh orang tuanya di dalam ke luarga. Dalam hal ini orang tua dapat menanamkan, menumbuhkan, dan mengembangkan dasar-dasar keimanan (keagamaan) pada diri anak-anaknya. Adapun tujuan pengembangan nilai agama pada anak-anak usia prasekolah yaitu:

1. Mengembangkan rasa iman dan cinta terhadap Tuhan.

2. Membiasakan anak-anak agar melakukan ibadah kepada Tuhan.

3. Membiasakan agar perilaku dan sikap anak didasari dengan nilai-nilai agama.

4. Membantu anak agar tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan.

Sifat-sifat pemahaman anak usia Taman Kanak-kanak terhadap nilai-nilai keagamaan pada saat mengikuti kegiatan belajar mengajar di antaranya:

a. Unreflective: pemahaman dan kemampuan anak dalam mempelajari nilai-nilai agama sering menampilkan suatu hal yang tidak serius. Mereka melakukan kegiatan ibadah pun dengan sikap dan sifat dasar yang kekanak-kanakan. Tidak mampu memahami konsep agama dengan mendalam.

b. Egocentris: dalam mempelajari nilai-nilai agama, anak usia Taman Kanak-kanak terkadang belum mampu bersikap dan bertindak konsisten. Anak lebih terfokus pada hal-hal yang menguntungkan dirinya.

c. Misunderstand: anak akan mengalami salah pengertian dalam memahami suatu ajaran agama yang banyak bersifat abstrak.

d. Verbalis dan Ritualis: kondisi ini dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan nilai-nilai agama pada diri mereka dengan cara memperkenalkan istilah, bacaan, dan ungkapan yang bersifat agamis. Seperti memberi latihan menghafal, mengucapkan, memperagakan, dan sebagainya.

e. Imitative: anak banyak belajar dari apa yang mereka lihat secara langsung. Mereka banyak meniru dari apa yang pernah dilihatnya sebagai sebuah pengalaman belajar.

 

b. Lingkup Perkembangan Nilai Moral

Ruang lingkup tahapan/pola perkembangan moral anak di antaranya adalah tahapan kejiwaan manusia dalam mengembangkan nilai moral kepada dirinya sendiri, mempersonalisasikan dan mengembangkannya dalam pembentukan pribadi yang mempunyai prinsip, serta dalam mematuhi, menentukan pilihan, menyikapi, atau melakukan tindakan nilai moral Menurut Piaget anak berpikir tentang moralitas dalam 2 cara, yaitu cara heteronomous (usia 4-7 tahun), di mana anak menganggap keadilan dan aturan sebagai sifat-sifat dunia (lingkungan) yang tidak berubah dan lepas dari kendali manusia dan cara autonomous (usia 10 tahun ke atas) di mana anak sudah menyadari bahwa aturan-aturan dan hukum itu diciptakan oleh manusia.

Pengembangan nilai moral ini berfungsi untuk mencapai beberapa hal:

1) Agar perilaku dan sikap anak didasari oleh nilai moral sehingga anak dapat hidup sesuai dengan nilai-nilai yang dijunjung oleh masyarakat.

2) Membantu anak agar tumbuh menjadi pribadi yang matang dan mandiri.

3) Melatih anak untuk dapat membedakan sikap dan perilaku yang baik dan yang tidak baik sehingga dengan sadar berusaha menghindarkan diri dari perbuatan tercela. Ruang lingkup pengembangan moral dalam rangka pembentukan karakter menurut Ratna Megawangi adalah sebagai berikut:

a. Cinta Tuhan dan segenap ciptaanNya.

b. Tanggung jawab, Kedisiplinan dan Kemandirian.

c. Kejujuran.

d. Hormat dan Santun.

e. Dermawan, Suka menolong dan Gotong-royong/Kerjasama.

f. Percaya Diri, Kreatif dan Pekerja keras.

g. Kepemimpinan dan Keadilan.

h. Baik dan Rendah Hati.

i. Toleransi, Kedamaian dan Kesatuan.

j. 4K (kebersihan, kesehatan, kerapian dan keamanan).

 

Sedangkan menurut sumber dari Balitbang, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bahwa ruang lingkup nilai moral dalam rangka pembentukan karakter yang harus dikembangkan pada anak di TK adalah sebagai berikut:

a. Religius: Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

b. Jujur: Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yangselalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

c. Toleransi: Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

d. Disiplin: Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

e. Kerja Keras: Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

f. Kreatif: Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

g. Mandiri: Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

h. Demokratis: Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama Hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

i. Rasa Ingin Tahu: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatuyang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

j. Semangat Kebangsaan: Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

k. Cinta Tanah Air: Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkankesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

l. Menghargai Prestasi: Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

m. Bersahabat/Komunikatif: Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerjasama dengan orang lain.

n. Cinta Damai: Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

o. Gemar Membaca: Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

p. Peduli Lingkungan: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

q. Peduli Sosial: Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

r. Tanggung-jawab: Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

 

c. Lingkup perkembangan Fisik Motorik

Perkembangan motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot terkoordinasi (Hurlock: 1998). Keterampilan motorik anak terdiri atas keterampilan motorik kasar dan keterampilan motorik halus. Keterampilan motorik anak usia 4-5 tahun lebih banyak berkembang pada motorik kasar, setelah usia 5 tahun baruterjadi perkembangan motorik halus.

Tujuan dari perkembangan motorik di TK, mencakup perkembangan motorik kasar dan motorik halus. Tujuan perkembangan motorik kasar di TK adalah sebagai berikut:

a) Mampu mengembangkan kemampuan motorik kasar.

b) Mampu menanamkan nilai-nilai sportifitas dan disiplin.

c) Mampu meningkatkan kesegaran jasmani.

d) Mampu memperkenalkan sejak dini hidup sehat.

e) Mampu memperkenalkan gerakan-gerakan melalui irama musik.

Tujuan Perkembangan motorik halus di TK adalah sebagai berikut:

a) Mampu mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan.

b) Mampu memperkenalkan gerakan jari seperti; menulis, menggambar, dan memanipulasi benda-benda dengan jari-jemari sehingga anak menjadi terampil dan matang.

c) Mampu mengkoordinasikan kecepatan/kecekatan tangan dengan gerakan mata.

 

d. Fungsi perkembangan motorik kasar dan halus di TK

Setelah Anda mengetahui tujuan dari perkembangan motorik kasar dan halus, maka Anda harus mengetahui fungsi dari perkembangannya. Fungsi perkembangan motorik kasar adalah:

a) Alat pemacu pertumbuhan dan perkembangan jasmani, rohani dan kesehatan untuk anak TK.

b) Alat untuk membentuk dan membangun serta memperkuat tubuh.

c) Melatih keterampilan dan ketangkasan gerak, juga daya berfikir.

d) Alat untuk meningkatkan perkembangan emosional.

e) Alat untuk meningkatkan perkembangan sosial.

f) Menumbuhkan perasaan senang dan memahami manfaat kesehatan pribadi.

Fungsi perkembangan motorik halus di TK adalah:

a) Alat untuk mengembangkan kemampuan motorik halus yang berhubungan dengan keterampilan gerak kedua tangan.

b) Alat untuk meningkatkan gerakan jari seperti; menulis, menggambar, dan memanipulasi benda-benda dengan jari-jemari sehingga anak menjadi terampil dan matang.

c) Alat untuk melatih mengkoordinasikan kecepatan/kecekatan tangan dengan gerakan mata.

d) Alat untuk melatih penguasaan emosi.

d. Lingkup perkembangan Kognitif

Pada saat memasuki usia 3 tahun biasanya seorang anak akan semakin mandiri dan mulai mendekatkan diri pada teman-teman sebayanya. Pada tahapan usia ini mulai menyadari apa yang ia rasakan dan apa yang telah mampu dilakukan dan belum mampu ia lakukan. Kesadaran itu didukung oleh kemampuanya yang pesat dalam perkembangan bahasa perbendaharaan katanya, sudah cukup banyak untuk mengomunikasikan keinginannya. Rasa egosentrisnya masih kuat, anak merasakan bahwa dirinya “pusat dunia”, dan semua hal yang ada di dunia tersedia untuk memenuhi kebutuhannya.

Perilaku anak usia 3 tahun diwarnai imajinasi, umumnya mereka masih sulit untuk membedakan antara imajinasi dengan realitas. Keadaan ini semua membuatnya tampak seperti pembual kecil, sebagian dari mereka bahkan sering kali memilki teman imajiner. Pada tahapan selanjutanya, sekitar usia 4 tahun seorang anak semakin bersemangat untuk mempelajari hal baru. Keadaan ini ditandai dengan semakin seringnya anak mengajukan pertanyaan sebagai wujud dari rasa keingintahuan, seperti: “kenapa adik bayi harus minum susu ibu” atau “bagaimanakah terjadinya pelangi?”. Rasa ingin tahu anak semakin hari akan semakin banyak dengan variasi pertanyaan yang juga semakin kompleks termasuk juga masalah seksual. Suatu hari, anak mungkin akan bertanya: “bagaimana cara ia hadir kedunia?” Bahkan bukan tidak mungkin akan didapati seorang anak sedang memegang atau memeriksa alat genitalnya. Sebagai orang tua tentunya akan merasa bingung atau kesal dengan polah tingkah anaknya. Pada umumnya di akhir usia yang keempat, daya khayal anak semakin menipis seiring denga meningkatnya kemampuan memahami realitas. Menurut Sigmud Freud, rentang usia 3-5 mulai mengamati bentuk tubuhnya dan juga tubuh orang lain: perkembangan kepribadiannya juga makin kompleks. Sifat egosintrisnya menjadi kuat; pada masa ini juga anak memiliki rasa bangga, kacau, dan kebencian.

Berikut karakteristik perkembangan kognitif anak usia 3-4 tahun sampai usia 5-6 tahun berdasarkan teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli di atas dan tugas perkembangan pada masa anak prasekolah:

               Memahami konsep makna berlawanan: kosong/penuh atau ringan/berat.

               Menunjukan pemahaman mengenai di dasar/di puncak; di belakang/ di depan; di atas/di bawah.

               Mampu memadankan bentuk lingkaran atau persegi dengan objek nyata atau gambar.

               Sengaja menumpuk kotak atau gelang sesuai ukuran.

               Mengelompokan benda yang mempunyai persamaan; warna, bentuk, atau ukuran.

               Mampu mengetahui dan menyebutkan umurnya.

               Memasangkan dan menyebutkan benda yang sama, misalnya: “apa pasangannya cangkir”.

               Mencocokan segi tiga, persegi dan wajik.

               Menyebutkan lingkaran dan kotak jika diperlihatkan.

               Memahami konsep lambat/cepat, sedikit/banyak,tipis/tebal, sempit/ luas.

               Mampu memahami apa yang harus dilakukan jika tali sepatu lepas, jika haus dan jika mau ke luar saat hujan.

               Mampu menerangkan, mengapa seseorang memiliki: kunci, lemari, pakaian, mobil, dan lain-lain.

               Menyentuh dan menghitung 4-7 benda.

               Merangkai kegiatan sehari-hari dan menunjukan kapan setiap kegiatan dilakukan.

               Mengenal huruf kecil dan huruf besar.

               Mengenali dan membaca tulisan yang sering kali dilihat di sekolah dan di rumah.

               Mampu menerangkan fungsi profesi-profesi yang ada di masyarakat, seperti: dokter, perawat, petugas pos, petugas pemadam kebakaran, dan lain-lain.

               Mengenali dan menghitung angka sampai 20.

               Mengetahui letak jarum jam untuk kegiatan sehari-hari.

               Melengkapi 5 analogi yang berlawanan: es itu dingin; api itu panas.

               Memperkirakan hasil yang realistis untuk setiap cerita.

               Menceritakan kembali buku cerita bergambar dengan tingkat kecepatan yang memadai.

               Menceritakan kembali 3 gagasan utama dari suatu cerita.

               Paham mengenai konsep arah: di tengah/di pojok/dan kiri/kanan.

               Mengklasifikasikan angka, tulisan, buah dan sayur.

 

e. Lingkup perkembangan Bahasa

Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambang, gambar atau lukisan. Dengan bahasa semua manusia dapat mengenal dirinya, sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral atau agama.

Pada usia 4-6 tahun kemampuan berbahasa anak akan berkembang sejalan dengan rasa ingin tahu serta sikap antusias yang tinggi, sehingga timbul pertanyaan- pertanyaan dari anak dengan kemampuan bahasanya. Kemampuan berbahasa juga akan terus berkembang sejalan dengan intensitas anak pada teman sebayanya. Hal ini mengimplikasikan perlunya anak memiliki kesempatan yang luas dalam menentukan sosialisasi dengan teman-temannya. Dengan memperlihatkan suatu minat yang meningkat terhadap lingkup-lingkup fungsional bahasa tulis, ia senang mengenal kata-kata yang menarik baginya dan mencoba menulis kata yang sering ditemukan. Anak juga senang belajar menulis namanya sendiri atau kata-kata yang berhubungan dengan sesuatu yang bermakna baginya.

Antara usia 4 dan 5 tahun, kalimat anak sudah terdiri dari empat sampai lima kata. Mereka juga mampu menggunakan kata depan seperti di bawah, di dalam, di atas dan di samping. Mereka lebih banyak menggunakan kata kerja daripada kata benda. Antara 5 dan 6 tahun, kalimat anak sudah terdiri dari enam sampai delapan kata. Mereka juga sudah dapat menjelaskan arti kata-kata yang sederhana, dan juga mengetahui lawan kata. Mereka juga dapat menggunakan kata penghubung, kata depan dan kata sandang. Pada masa akhir usia prasekolah anak umumnya sudah mampu berkata-kata sederhana dan berbahasa sederhana, cara bicara mereka telah lancar, dapat dimengerti dan cukup mengikuti tata bahasa walaupun masih melakukan kesalahan berbahasa.

 

f. Lingkup Perkembangan Sosial Emosional

Perilaku sosial merupakan aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain, baik dengan teman sebaya, guru, orang tua maupun saudara-saudaranya.Di dalam hubungan dengan orang lain, terjadi peristiwa-peristiwa yang sangat bermakna dalam kehidupannya yang dapat membantu pembentukan kepribadiannya. Sejak kecil anak telah belajar cara berperilaku sosial sesuai dengan harapan orang-orang yang paling dekat dengannya, yaitu dengan ibu, ayah, saudara, dan anggota keluarga yang lain. Apa yang telah dipelajari anak dari lingkungan keluarganya turut mempengaruhi pembentukan perilaku sosialnya.

 

Menurut Elizabeth B. Hurlock (1978:228) untuk menjadi orang yang mampu bersosialisasi memerlukan tiga proses. Masing-masing proses terpisah dan sangat berbeda satu sama lain, tetapi saling berkaitan. Kegagalan dalam satu proses akan menurunkan kadar sosialisasinya. Ketiga proses sosialisasi tersebut adalah:

a) Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial. Setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi para anggotanya tentang perilaku yang dapat diterima. Untuk dapat besosialisasi anak tidak hanya harus mengetahui perilaku yang dapat diterima, tetapi mereka juga harus menyesuaikan perilakunya dengan patokan yang dapat diterima.

b) Memainkan peran sosial yang dapat diterima. Setiap kelompok sosial mempunyai pola kebiasaan yang telah ditentukan dengan seksama oleh para anggotanya dan dituntut untuk dipatuhi. Sebagai contoh, ada peran yang telah disetujui bersama bagi orang tua dan anak serta ada pula peran yang telah disetujui bersama bagi guru dan murid. Anak dituntut untuk mampu memainkan peran-peran sosial yang diterimanya.

c) Perkembangan sikap sosial. Untuk bersosialisasi dengan baik anak-anak harus menyenangi orang dan kegiatan sosial. Jika mereka dapat melakukannya, mereka akan berhasil dalam penyesuaian sosial dan diterima sebagai anggota kelompok sosial tempat mereka bergaul. Pola perilaku sosial menurut Elizabeth.

B. Hurlock (1978:239) terbagi atas dua kelompok, yaitu pola perilaku sosial dan pola perilaku tidak sosial. Pola perilaku yang termasuk dalam perilaku sosial adalah mampu bekerja sama, dapat bersaing secara positif, mampu berbagi pada yang lain, memiliki hasrat terhadap penerimaan sosial, simpati, empati, mampu bergantung secara positif pada orang lain, bersikap ramah, tidak mementingkan diri sendiri, mampu meniru hal-hal positif, dan memiliki perilaku kelekatan (attachment behavior) yang baik. Sedangkan perilaku yang tidak sosial ditandai dengan negativisme, agresi, pertengkaran, mengejek dan menggertak, sok berkuasa, egosentrisme, berprasangka dan antagonisme jenis kelamin. Menurut Elizabeth B. Hurlock (1978:79) reaksi yang tidak menyenangkan pada bayi dapat diperoleh dengan cara mengubah posisi tubuh secara tiba-tiba, membuat suara keras, atau membiarkan bayi menggunakan popok yang basah. Rangsangan ini menimbulkan reaksi emosional berupa tangisan dan aktivitas yang kuat. Sebaliknya, reaksi emosional yang menyenangkan dapat tampak jelas tatkala bayi menyusu pada ibunya.

Dengan meningkatnya usia anak, reaksi emosional anak mulai kurang menyebar, dan dapat lebih dibedakan. Misalnya, anak menunjukkan reaksi ketidaksenangannya dengan menjerit dan menangis, kemudian reaksi mereka berkembang menjadi perlawanan, melempar benda, mengejangkan tubuh, lari menghindar, bersembunyi dan mengeluarkan kata-kata. Dengan bertambahnya usia, reaksi emosional yang berwujud kata-kata semakin meningkat, sedangkan reaksi gerakan otot mulai berkurang. Menurut Elizabeth B. Hurlock (1978:94) emosi anak memiliki karakteristik- karakteristik sebagai berikut :

a) Emosi yang kuat. Anak kecil bereaksi terhadap suatu stimulusi dengan intensitas yang sama, baik terhadap situasi yang remeh maupun yang sulit. Anak belum mampu menunjukkan reaksi emosional yang sebanding terhadap stimulasi yang dialaminya.

b) Emosi seringkali tampak. Anak-anak seringkali tidak mampu menahan emosinya, cenderung emosi anak nampak dan bahkan berlebihan.

c) Emosi bersifat sementara. Emosi anak cenderung lebih bersifat sementara, artinya dalam waktu yang relatif singkat emosi anak dapat berubah dari marah kemudian tersenyum, dari ceria berubah menjadi murung.

d) Reaksi emosi mencerminkan individualitas. Semasa bayi, reaksi emosi yang ditunjukkan anak relatif sama. Secara bertahap, dengan adanya pengaruh faktor belajar dan lingkungan, perilaku yang menyertai berbagai emosi anak semakin diindividualisasikan. Seorang anak akan berlari ke luar dari ruangan jika mereka ketakutan, sedangkan anak lainnya mungkin akan menangis atau menjerit.

e) Emosi berubah kekuatannya. Dengan meningkatnya usia, emosi anak pada usia tertentu berubah kekuatannya. Emosi anak yang tadinya kuat berubah menjadi lemah, sementara yang tadinya lemah berubah menjadi emosi yang kuat. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan dorongan, perkembangan intelektual dan perubahan minat dan sistem nilai.

f) Emosi dapat diketahui melalui gejala perilaku. Emosi yang dialami anak dapat pula dilihat dari gejala perilaku anak seperti: melamun, gelisah, menangis, sukar berbicara atau dari tingkah laku yang gugup seperti menggigit kuku atau menghisap jempol. Ekspresi emosi yang baik pada anak dapat menimbulkan penilaian sosial yang menyenangkan, sedangkan ekspresi emosi yang kurang baik seperti cemburu, marah, atau takut dapatmenimbulkan penilaian sosial yang tidak menyenangkan

g. Lingkup Perkembangan Seni. Berdasarkan Pedoman Pengembangan Program Pembelajaran Di Taman Kanak-kanak tahun 2010, pembelajaran melalui seni bertujuan agar anak dapat dan mampu menciptakan sesuatu berdasarkan hasil imajinasinya dan dapat menghargai atau mengapresiasi karya orang lain secara kreatif. Pengembangan berbagai bidang pengembangan melalui seni dapat melatih daya imajinasi, kreasi, apresiasi, serta untuk mengembangkan kepribadian dan kehalusan budi. Sumanto (2005), menyatakan bahwa fungsi didik seni dalam pendidikan di TK adalah:

1) Sebagai media ekspresi, yaitu mengungkapkan keinginan, perasaan, pikiran melalui berbagai bentuk aktivitas seni secara kreatif yang dapat menimbulkan kesenangan, kegembiraan dan kepuasan anak.

2) Sebagai media komunikasi, melalui aktivitas berekspresi seni bagi anak merupakan suatu cara untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain yang diwujudkan dalam bentuk karyanya.

3) Sebagai media bermain, maksudnya media yang dapat memberikan kesenangan, kebebasan untuk mengembangkan perasaan, kepuasan, keinginan, keterampilan seperti pada saat bermain.

4) Sebagai media pengembangan bakat seni, hal ini didasarkan bahwa semua anak punya potensi/bakat yang harus diberikan kesempatan sejak awal untuk dipupuk/dikembangkan melalui aktivitas senirupa dan kerajinan tangan sesuai kemampuannya. Meskipun kadar potensi/ bakat setiap anak bisa berbeda dan juga berhubungan secara tidak langsung dengan kecerdasannya.

5) Sebagai media untuk mengembangkan kemampuan berpikir, yaitu penyaluran daya nalar yang dimiliki anak untuk digunakan dalam melakukan kegiatan seni. Anak yang cerdas,cakap kemampuan pikirnya dapat menjadi pemicu munculnya daya kreativitas seni.

6) Sebagai media untuk memperoleh pengalaman estetis dimana melalui aktivitas penghayatan, apresiasi, ekspresi dan kreasi seni di TK dapat memberikan pengalaman untuk menumbuhkan sensitivitas keindahan dan nilai seni Berdasarkan pedoman pembelajaran pengembangan seni, pembelajaran seni dan kreativitas menekankan pada lingkup eksplorasi, ekspresi, dan apresiasi. Lingkup-lingkup tersebut dijelaskan sebagai berikut.

a. Eksplorasi

Secara umum, eksplorasi bertujuan agar anak dapat: (1) Melakukan observasi dan mengeksplorasi alam semesta dan diri manusia. (2) Mengeksplorasi elemen-lemen dari seni dan musik. (3) Mengeksplorasi tubuh mereka apakah sanggup dalam mengerjakan sesuatu yang keatif.

b. Ekspresi

Secara umum, ekspresi bertujuan agar anak dapat: (1) Mengekspresikan dan menggambarkan benda, ide, dan pengalaman menggunakan jenis media seni instrumen musik, dan gerak. (2) Menambah percaya diri dalam mengekspresikan kreasi mereka sendiri.

c. Apresiasi

Apresiasi bertujuan agar anak dapat menilai dan menanggapi ragam seni dan produksi kerajinan serta pengalaman seni.

 

Demikian penjelasan tentang Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini (PAUD). Semoga ada manfaatnya. 

1 tanggapan pada “Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini (PAUD)”

Komentar ditutup.

GURU BERKARYA
error: Content is protected !!