Lompat ke konten
Beranda » Pengertian Kesulitan Belajar Siswa Ciri dan Jenis Kesulitan Belajar Siswa

Pengertian Kesulitan Belajar Siswa Ciri dan Jenis Kesulitan Belajar Siswa

  • oleh

 

Apa Pengertian Kesulitan Belajar Siswa Ciri dan Jenis Kesulitan Belajar Siswa (Peserta Didik)? Setiap individu tidak sama. Perbedaan individu ini menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar di kalangan peserta didik. Sehingga memunculkan perbedaan kemampuan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran di kelas yang sering disebut sebagai kesulitan belajar. Hamalik (hal: 1983) menyatakan kesulitan belajar dapat diartikan sebagai keadaan di mana peserta didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya.

Keadaan tersebut tidak bisa diabaikan oleh seorang pendidik karena dapat menjadi penghambat tujuan pembelajaran. Kesulitan belajar tidak hanya disebabkan oleh faktor intelegensi yang rendah, akan tetapi bisa disebabkan oleh faktorfaktor nonintelegensi. Oleh karena itu, IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar. Wood (2007:33) menyatakan kesulitan belajar adalah suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatanhambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan-hambatan tersebut diakibatkan oleh faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik maupun luar diri peserta didik. Faktor-faktor penyebab tersebut, hendaklah dipahami oleh pendidik agar setiap peserta didik dapat mencapai tujuan belajar yang baik 

Peserta didik mempunyai hak yang sama untuk mencapai kinerja akademik (academic performance) yang memuaskan. Namun kenyataannya pendidik kurang memahami peserta didik yang memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang, kebiasaan dan pendekatan belajar antara pesetrta didik satu dengan lainnya. Sementara itu, penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah pada umumnya hanya ditunjukkan kepada para peserta didik yang berkemampuan rata-rata, sehingga peserta didik yang berkemampuan lebih atau yang berkemampuan kurang terabaikan. Peserta didik yang berkategori di luar rata-rata itu (sangat pintar dan sangat rendah) tidak mendapat kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai dengan kepasitasnya. Kesulitan belajar (learning difficulty) yang tidak hanya dialami peserta didik berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh peserta didik yang berkemampuan tinggi. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan kesulitan belajar adalah suatu hambatan yang dialami oleh peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang memuaskan.

Urian selanjutnya teqrkait Pengertian Kesulitan Belajar Siswa Ciri dan Jenis Kesulitan Belajar Siswa (Peserta Didik) adalah apa saja ciri-ciri kesulitan belajar siswa (peserta didik) ? Menurut Moh. Surya ciri-ciri kesulitan belajar siswa antara lain:

a. Menunjukkan hasil belajar yang rendah (di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompok kelas);

b. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan, mungkin murid yang selalu berrusaha dengan giat tetapi nilai yang dicapai selalu rendah;

c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar, ia selalu tertinggal dari kawan-kawannya dalam menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan waktu yang tersedia;

d. Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta, dsb;

e. Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, menggangu didalam dan diluar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, mengsingkan diri, tersisih, tidak mau bekerja sama, dsb;

f. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah tersinggung, mudah pemarah, tidak gembira dalam menmghadapi situasi tertentu, misalnya dalam menghadapi nilai rendah tidak menunjukkan sedih atau menyesal dsb.

Pernyataan tersebut, dapat dipahami adanya beberapa manifestasi dari gejala kesulitan belajar yang dialami oleh para peserta didik. Gejala-gejala yang termanifestasi dalam tingkah laku setiap peserta didik, diharapkan para pendidik dapat memahami dan mengidentifikasikan mana siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dan mana yang tidak.

Mari kita lanjutkan pembahasan Pengertian Kesulitan Belajar Siswa Ciri dan Jenis Kesulitan Belajar Siswa (Peserta Didik) dengan mengetahui  Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kesulitan belajar siswa (peserta didik) ?  Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, prevalensi anak dengan kesulitan belajarnya diperkirakan lebih besar. Para ahli mengemukakan bahwa penyebab kesulitan belajar itu kompleks dan luas. Secara umum, penyebab kesulitan belajar antara lain:

a. Faktor intelektual, yaitu inteligensi yang rendah dan terbatas;

b. Faktor kondisi fisik dan kesehatan, termasuk kondisi kelainan, seperti kurangnya gizi pada ibu hamil, bayi dan anak, kerusakan susunan dan fungsi otak, dan penyakit persalinan;

c. Faktor sosial,seperti pengaruh teman bermain, pergaulan dan lingkungan sekitar;

d. Faktor keluarga, seperti keadaan keluarga yang tidak baik dan kurangnya dukungan belajar dari orang tua.

Berikut ini penjabaran faktor-faktor kesulitan belajar siswa (peserta didik)yang dialami oleh peserta didik menurut Koestur Partowisastro dan Hadi Suprapto (1978:56) yaitu:

a. Kondisi fisiologis yang permanen meliputi inteligensi yang terbatas, hambatan penglihatan dan pendengaran, dan masalah persepsi.

b. Kondisi fisiologis temporer meliputi masalah makanan, kecenderungan, dan kecapaian.

c. Kondisi lingkungan sosial permanen meliputi harapan dan tekanan orang tua tinggi dan konflik dalam keluarga.

d. Kondisi lingkungan sosial temporer meliputi ada bagian-bagian dalam urutan yang belum dipahami dan persaingan interes.

Sedangkan menurut Tidjan, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan belajar siswa (peserta didik)yaitu interen dan ekstern. Faktor interen meliputi factor fisiologis, yaitu kesehatan fisik terganggu, cacat fisik dan sebagainya. Faktor intelektual, misalnya kecerdasan kurang, kecakapan kurang, bakatbakat kurang. Faktor minat, tidak berminat atau kurang minat. Faktor konsentrasi perhatian kurang. Faktor ingatan kurang. Faktor emosi, misalnya rasa benci dan rasa tidak puas. Faktor ekstern meliputi Faktor tempat, misalnya tidak ada tempat khusus untuk belajar. Faktor alat, alat-alat yang diperlukan dalam belajar kurang atau tidak ada.

Faktor waktu dan suasana, yaitu tidak dapat mengatur waktu belajar, ramai dan gaduh, rumah dekat jalan yang cukup ramai. Faktor lingkungan sekolah, misalnya bahan pelajaran kurang, metode guru mengajar tidak memuaskan, pengeruh teman yang tidak baik (negatif). Faktor lingkungan keluarga dan masyarakat, misalnya situasi keluarga yang tidak menguntungkan anak dalam belajar, begitu pula dengan masyarakatnya

Apa penyebab terjadinya kesulitan belajar siswa (peserta didik)? Prinsip-prinsip belajar adalah konsep-konsep yang harus diterapkan di dalam proses belajar mengajar. Seorang guru akan melaksanakan tugasnya dengan baik apabila dapat menerapkan cara mengajar yang sesuai dengan prinsip-prinsip orang belajar. Dengan kata lain supaya dapat mengontrol sendiri apakah tugas-tugas mengajar yang dilakukannya telah sesuai dengan prinsip-prinsip belajar maka guru perlu memahami prinsip-prinsip belajar.

Belajar diperoleh dari sebuah pengalaman yang di dalamnya terdapat interaksi antara manusia dan lingkungan. Selain itu, belajar merupakan suatu proses yang berlangsung terus-menerus secara bertahap yang dilakukan untuk mencapai tujuan atau cita-cita. Menurut para pakar, belajar merupakan proses memiliki pengetahuan, dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa. Selain itu, belajar merupakan perubahan secara fisik maupun motorik. Belajar juga merupakan perubahan yang menekankan aspek-aspek rohani. Di dalam belajar, ada tiga ranah yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan, yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor yang berhubungan dengan motorik kasar (melempar, menangkap, menendang) dan motorik halus (menulis dan menggambar).

Ketiga ranah tersebut perlu dilatih dengan memperhatikan prinsip-prinsip belajar yaitu: (1) Tujuan yang terarah; (2) Motivasi yang kuat; (3) Bimbingan untuk mengetahui hambatan dalam belajar; (4) Cara belajar dengan pemahaman; (5) Interaksi yang positif dan dinamis antara individu dan lingkungan; (6) Teknik-teknik belajar; (7) Diskusi dan pemecahan masalah; (8) Mampu menerapkan apa yang telah dipelajari dalam kegiatan sehari-hari.

Seorang anak pergi ke sekolah tidak boleh karena terpaksa, melainkan karena suatu kebutuhan. Orang tua dan guru hendaknya mengarahkan anak bahwa belajar adalah suatu kebutuhan, serta membangun motivasi diri yang kuat bahwa dengan belajar di SD berarti mempersiapkan hidup untuk masa depan. Hubungan yang positif antara guru dan orang tua memungkinkan anak untuk belajar secara aktif. Misalnya, ketika anak mengalami kesulitan, guru atau orang tua memberikan bimbingan agar apa yang dipelajari dapat dipahami dengan mudah. Ada beberapa hal yang menyebabkan anak mengalami kesalahan belajar, diantaranya sebagai berikut:

(1) Belajar tanpa adanya tujuan yang jelas;

(2) Belajar tanpa rencana ( hanya insidental);

(3) Hanya menghafal tanpa memahami;

(4) Tidak dikaitkan dengan pengalaman dan teknik-teknik yang bervariasi;

(5) Tidak ada pengelolaan waktu belajar;

(6) Tidak menggunakan alat bantu atau referensi yang utuh.

Dilihat dari Jenis-jenis kesulitan belajar siswa (peserta didik). Ada empat jenis kesulitan/gangguan belajar yang seringkali ditemui dalam perkembangan seorang anak, yaitu sebagai berikut.

1. Kesulitan belajar akademis,  meliputi Kesulitan membaca, kesulitan menulis, dan kesulitan berhitung. Kesulitan membaca merupakan suatu diagnosis yang ditandai oleh adanya kesulitan berat dalam mengerti bahan bacaan. Anak yang mengalami gangguan membaca akan kesulitan dalam mengenal kata, mengucapkan, dan memahami apa yang dibaca. Ada dua macam gangguan dalam membaca, yaitu: aphasia, disebabkan karena anak kehilangan kemampuan membacanya. Disleksia, disebabkan karena gangguan fungsi saraf (neurologisnya rusak). Faktor yang menyebabkan kesulitan membaca, yaitu: (1) Psikologis (gagap), anak merasa malu jika ditertawakan teman-temannya. (2) Hambatan didaktik-metodik, anak mengenal bunyi huruf tetapi mereka kesulitan membacanya apabila huruf itu dirangkai menjadi kata.

Kesulitan menulis, merupakan gangguan pada kemampuan menulis anak, yaitu kemampuan di bawah rata-rata anak seusianya. Gangguan ini tidak sesuai dengan tingkat kecerdasan dan pendidikan yang telah dijalaninya. Hal tersebut menimbulkan masalah pada akademik anak dan berbagai area kehidupan anak. Kesulitan menulis disebabkan kerena kemampuan psikomotor yang kurang terlatih. Anak yang memiliki kesulitan menulis sulit dalam membuat tulisan dan mengekspresikan diri melalui tulisan. Macam-macam kesulitan menulis yaitu: (a) Disgraphia, merupakan kesulitan menulis yang disebabkan gangguan saraf. (b) Hyperkenesis, kesulitan menulis yang memiliki  gerakan yang berlebih dan tidak normal. Misalnya, menghentakhentakkan kaki atau bergoyang-goyang terus ketika menulis.

Kesulitan berhitung merupakan gangguan matematik yang memiliki kesulitan dalam kemampuan aritmatik. Kesulitan ini tidak disertai dengan adanya gangguan penglihatan, pendengaran, fisik, atau emosi. Kesulitan berhitung disebut ”discalculia”. Anak akan mengalami kesulitan dalam memikirkan atau mengingat informasi yang melibatkan angka-angka.

2. Gangguan Simbolik. Gangguan simbolik yaitu ketidakmampuan anak untuk dapat memahami suatu obyek sekalipun ia tidak memiliki kelainan pada organ tubuhnya. Ciri-cirinya antara lain adalah :

a. Siswa mampu mendengar tapi tidak mengerti apa yang didengar;

b. Mampu mengaitkan obyek yang dilihat, namun mengalami gangguan pengamatan(visual reseptive)

c. Mengalami gangguan gerak-gerik(motoraphasia)

3. Gangguan Nonsimbolik. Gangguan nonsimbolik merupakan ketidakmampuan anak untuk memahami isi pelajaran karena ia mengalami kesulitan untuk mengulang kembali apa yang telah dipelajarinya. Kesulitan belajar yang telah dipaparkan tersebut sangat berdampak pada proses belajar. Namun, ada pula siswa SD yang karena proses kelahiran atau musibah mengalami cidera otak, sehingga siswa itu tidak mampu untuk belajar. Ketidakmampuan untuk melakukan tugas-tugas tertentu yang tidak dapat dilakukan anak-anak yang sebaya seperti: mandi sendiri, sikat gigi, menulis, membaca disebut learning disability. Anak yang mengalami kerusakan saraf yang berat disebut learning disorder. Anak yang mempunyai kecerdasan diatas rata-rata, namun prestasi akademiknya rendah disebut underachiever. Sedangkan anak yang lamban belajar dan tidak mampu menyelesaikan pekerjaannyadengan tepat serta waktu belajarnya lebih lama dibandingkan rata-rata anak seusianya disebut slow learner.

4. Gangguan Sosial Emosional. Sifat guru atau pendidik ingin mengajarkan anak didiknya yang berperilaku baik dan pandai untuk membangun keberhasilan dalam proses belajar di kelas. Namun, kadang kala ada anak yang tergolong mempunyai gangguan sosial emosional yang nampak di kelas. Permasalahan sosial emosional dalam belajar antara lain: (1) Hiperaktif, anak hiperaktif cenderung tidak bisa diam. Ia cenderung bergerak terus menerus, kadang suka berlarian, melompat-lompat, bahkan teriak-teriak di kelas. Anak ini sulit untuk dikontrol, karena ia melakukan aktivitas sesuai kemauannya sendiri. (2) Distractibility Child, anak distractibility seringkali mengalihkan perhatiannya ke berbagai obyek lain di kelas. Anak ini mudah dipengaruhi, tetapi tidak bisa memusatkan perhatian pada kegiatan-kegiatan yang berlangsung di kelas. Anak ini juga cepat bosan. (3) Poor Self Consept, anak yang poor self consept cenderung pendiam, pasif, dan mudah tersinggung. Mereka tidak berani bertanya atau menjawab karena merasa tidak mampu dan cenderung kurang berani bergaul serta suka menyendiri. (4) Impulsif, anak yang impulsif cepat sekali bereaksi terhadap sesuatu di sekitarnya, tetapi hal tersebut justru mencerminkan ketidakmampuannya. Misalnya, setiap guru memberi pertanyaan, anak ini cepat bereaksi untuk cepat menjawab. Anak ini seperti ingin menunjukkan bahwa ia pAndai. Padahal cara menjawabnya justru mencerminkan ketidakmampuannya. (5) Distructive Behavior, anak ini memiliki perilaku yang agresif. Sikap agresif yang negatif dalam bentuk membanting dan melempar menunjukkan bahwa anak ini adalah anak yang bermasalah (trouble maker). Anak ini cepat tersinggung dan bertempramen tinggi, sehingga menjadi agresif. (6) Distruptive Behavior, anak ini sering mengeluarkan kata-kata kasar dan tidak sopan. Dengan nada mengejek, anak ini cenderung menentang guru. (7) Dependency Child, pada awalnya anak ini seperti sangat bergantung pada orangtuanya, dan sering merasa takut serta tidak mampu memberanikan diri untuk melakukan sesuatu sendiri. Hal ini terjadi karena sikap orangtua yang terlalu over protektif atau sangat melindungi. (8) Withdrawal, anak yang withdrawal yaitu anak yang suka menarik diri dan pemalu. Keadaan sosial ekonomi yang rendah akan mengakibatkan anak merasa bahwa dirinya bodoh dan enggan untuk mencoba membuat atau mengerjakan tugas-tugas yang diberikan karena dirinya merasa tidak mampu. (9) Learning Disability, anak ini tidak memiliki kemampuan mental yang setara dengan anakanak normal yang sebayanya. Anak seperti ini sulit untuk menganalisis, menangkap isi pelajaran, dan mengaplikasikan apa yang dipelajari. (10) Learning Disorder, anak ini mempunyai cacat bawaan baik kerusakan fisik maupun saraf. Anak seperti ini cenderung sulit belajar secara normal, sehingga membutuhkan penanganan para ahli yang dilakukan oleh lembaga-lembaga khusus. (11) Underachiver, anak ini mempunyai potensi intelektual di atas rata-rata, namun potensi akademiknya di kelas sangat rendah. Semangat belajarnya juga sangat rendah. (12) Overachiver, anak ini mempunyai semangat belajar yang sangat tinggi. Ia merespon dengan cepat. Anak ini tidak bisa menerima kegagalan dan tidak mudah menerima kritikan dari siapapun termasuk dari gurunya. (13) Slowlearner, anak ini sulit menangkap pelajaran di kelas dan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat menjawab dan mengerjakan tugas-tugasnya. (14) Social Interseption Child, anak ini kurang peka dan tidak peduli terhadap lingkungannya. Anak ini kurang tanggap dalam membaca ekspresi dan sulit bergaul dengan teman-teman yang ada di kelas.

Bagaimana Cara Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Peserta Didik? Cara mengatasi kesulitan belajar, berdasarkan gejala yang teramati dan faktor penyebab kesulitan belajar, maka upaya yang dilakukan guru antara lain:

(1) tempat duduk siswa. Anak yang mengalami kesulitan pendengaran dan penglihatan hendaknya mengambil posisi tempat duduk bagian depan. Mereka akan dapat melihat tulisan di papan tulis lebih jelas. Begitu pula dalam mendengar semua informasi belajar yang diucapkan oleh guru.

(2) Gangguan kesehatan. Anak yang mengalami gangguan kesehatan sebaiknya diistirahatkan di rumah dengan tetap memberinya bahan pelajaran dan dibimbing oleh orang tua dan keluarga lainnya.

(3) Program remedial. Siswa yang gagal mencapai tujuan pembelajaran akibat gangguan internal, perlu ditolong dengan melaksanakan program remedial. Teknik program remedial dapat dilakukan dengan berbagai cara. Di antaranya adalah mengulang kembali bahan pelajaran yang belum dikuasai, memberikan tugas-tugas tertentu kepada siswa, dan lain sebagainya.

(4) Bantuan media dan alat peraga. Penggunaan alat peraga pelajaran dan media belajar kiranya cukup membantu siswa yang mengalami kesulitan menerima materi pelajaran. Boleh jadi kesulitan belajar itu timbul karena materi pelajaran bersifat abstrak sehingga sulit dipahami siswa.

(5) Suasana belajar menyenangkan. Selain itu yang tak kalah pentingnya adalah menciptakan suasana belajar kondusif. Suasana belajar yang nyaman dan menggembirakan akan membantu siswa yang mengalami hambatan dalam menerima materi pelajaran.

(6) Motivasi orang tua di rumah. Anak yang mengalami kesulitan belajar perlu mendapat perhatian orang tua dan anggota keluarganya. Peran orang tua sangat penting untuk memberikan motivasi ekstrinsik dan intrinsik agar anak mampu memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Selain itu juga orang tua perlu memperhatikan kesehatan tubuh anak dengan memberikan makanan dan miniman yang bergizi disertai dengan suplemen pembangun tubuh yang cukup.

Pembahasan terakhir tentang Pengertian Kesulitan Belajar Siswa Ciri dan Jenis Kesulitan Belajar Siswa (Peserta Didik) adalah terkait rancangan mengatasi kesulitan belajar peserta didik yakni sebagai berikut:

1) Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar merupakan upaya guru untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajarnya. Secara umum, prosedur bimbingan belajar dapat ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut : (1) Identifikasi kasus; Identifikasi kasus merupakan upaya untuk menemukan siswa yang diduga memerlukan layanan bimbingan belajar. Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi siswa yang diduga mebutuhkan layanan bimbingan belajar. (2) Call them approach; melakukan wawancara dengan memanggil semua siswa secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan siswa yang benar-benar membutuhkan layanan bimbingan. (3) Maintain good relationship; menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru dengan siswa. Hal ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya. (4) Developing a desire for counseling; menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah penyadaran siswa akan masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan cara mendiskusikan dengan siswa yang bersangkutan tentang hasil dari suatu tes, seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak lanjutnya. Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa, dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi siswa. (5) Melakukan analisis sosiometris; dengan cara ini dapat ditemukan siswa yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian social

2) Identifikasi Masalah

Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa. Dalam konteks proses belajar mengajar, permasalahan siswa dapat berkenaan dengan aspek : (a) substansial – material; (b) struktural – fungsional; (c) behavioral; dan atau (d) personality. Untuk mengidentifikasi masalah siswa, Prayitno dkk. telah mengembangkan suatu instrumen untuk melacak masalah siswa, dengan apa yang disebut Alat Ungkap Masalah (AUM). Instrumen ini sangat membantu untuk mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi siswa, seputar aspek : (a) jasmani dan kesehatan; (b) diri pribadi; (c) hubungan sosial; (d) ekonomi dan keuangan; (e) karier dan pekerjaan; (f) pendidikan dan pelajaran; (g) agama, nilai dan moral; (h) hubungan muda-mudi; (i) keadaan dan hubungan keluarga; dan (j) waktu senggang.

3) Remedial atau referal (Alih Tangan Kasus)

Jika jenis dan sifat serta sumber permasalahannya masih berkaitan dengan sistem pembelajaran dan masih masih berada dalam kesanggupan dan kemampuan guru atau guru pembimbing, pemberian bantuan bimbingan dapat dilakukan oleh guru atau guru pembimbing itu sendiri. Namun, jika permasalahannya menyangkut aspek-aspek kepribadian yang lebih mendalam dan lebih luas maka selayaknya tugas guru atau guru pembimbing sebatas hanya membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih kompeten.

Cara manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha pemecahan masalah seyogyanya dilakukan evaluasi dan tindak lanjut, untuk melihat seberapa pengaruh tindakan bantuan (treatment) yang telah diberikan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi siswa. Berkenaan dengan evaluasi bimbingan, Depdiknas telah memberikan kriteria-kriteria keberhasilan layanan bimbingan belajar, yaitu :

a) Berkembangnya pemahaman baru yang diperoleh siswa berkaitan dengan masalah yang dibahas; b)

b) Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan melalui layanan dan;

c) Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa sesudah pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut pengentasan masalah yang dialaminya.

Sementara itu, Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003:67) mengemukakan beberapa kriteria dari keberhasilan dan efektivitas layanan yang telah diberikan apabila

(1) Siswa telah menyadari (to be aware of) atas adanya masalah yang dihadapi.

(2) Siswa telah memahami (self insight) permasalahan yang dihadapi.

(3) Siswa telah mulai menunjukkan kesediaan untuk menerima kenyataan diri dan masalahnya secara obyektif (self acceptance).

(4) Siswa telah menurun ketegangan emosinya (emotion stress release).

(5) Siswa telah menurun penentangan terhadap lingkungannya

(6) Siswa mulai menunjukkan kemampuannya dalam mempertimbangkan, mengadakan pilihan dan mengambil keputusan secara sehat dan rasional.

(7) Siswa telah menunjukkan kemampuan melakukan usaha –usaha perbaikan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya, sesuai dengan dasar pertimbangan dan keputusan yang telah diambilnya.

Demikian uraian tentang Pengertian Kesulitan Belajar Siswa Ciri dan Jenis Kesulitan Belajar Siswa (Peserta Didik). Semoga ada manfaatnya. Terima kasih.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You cannot copy content of this page